Membaca Sebagai Jantung Pendidikan

Juni 26, 2021


 

Ngainun Naim

 

Jantung itu penentu hidup dan mati. Ia harus dijaga secara baik. Jika fungsinya terganggu, hidup juga terganggu. Jika ia berhenti bekerja, hidup usai.

Kata jantung ternyata tidak hanya berlaku untuk makhluk hidup. Di dunia pendidikan juga ada istilah jantung. "Reading is the heart of education", kata Roger Farr (1984).

Saya kira semua orang setuju dengan pernyataan ini. Pendidikan dan membaca itu dua hal yang saling berkaitan. Bisa diibaratkan dua sisi mata uang. Jika salah satu tidak ada menjadi kehilangan makna.

Pendidikan bisa mencapai hasil maksimal ketika didukung tradisi membaca yang tangguh. Jika tradisi membaca tidak ditumbuhkembangkan, dunia Pendidikan bisa “kurang sehat”. Bagaimana mungkin membangun dunia pendidikan yang bermutu jika orang-orang yang bergelut di dalamnya tidak pernah membaca?

Sejauh ini saya belum menemukan bukti adanya lembaga pendidikan yang bermutu tanpa tradisi membaca. Lembaga bermutu itu pasti memiliki basis membaca yang kuat. Semakin suburnya tradisi membaca berkorelasi dengan kemajuan dunia pendidikan dan juga bidang kehidupan yang lainnya.

Persoalannya, membaca masih belum menjadi tradisi. Ia masih menjadi mimpi. Membaca buku sampai tuntas masih jauh dari harapan.

Mungkin Anda tidak setuju dengan pendapat ini karena Anda melihat banyak juga orang yang setiap hari rajin membaca. Tapi saya kok merasa mereka yang rajin membaca buku itu makhluk minoritas. Saat ada orang yang rajin membaca biasanya bukan apresiasi yang diberikan tetapi justru hal-hal kurang sedap seperti kurang gaul, makhluk aneh, dan penilaian lain yang kurang sedap.

Tulisan ini saya maksudkan sebagai evaluasi dan ajakan. Evaluasi terhadap budaya membaca saya yang naik turun. Ajakan tentu saya tujukan kepada banyak orang. Tugas saya mengajak. Soal mau atau tidak itu sudah di luar tugas saya.

Ada banyak teori tentang sebab lemahnya tradisi membaca kita. Misalnya karena harga buku mahal, distribusi buku belum merata, hingga kebijakan yang kurang mendukung. Apa pun sebabnya secara mendasar ya tidak mau membaca.

Apakah ada yang menjamin seseorang mau membaca buku jika buku tersedia? Hanya mereka yang sudah memiliki tradisi saja yang mau berjuang membaca di tengah hambatan dan godaan.

Jika membaca sebagai jantung pendidikan maka semestinya membaca diupayakan lewat beragam cara untuk menjadi budaya. Jika membaca belum membudaya maka slogan membaca sebagai jantung pendidikan baru sebatas slogan dan belum menjadi kenyataan.

Belajar dari Ajip Rosidi

Membaca yang dilakukan secara konsisten bisa merubah hidup seseorang. Sekolah tinggi dan membaca yang mentradisi adalah perpaduan ideal. Pada orang-orang tertentu sulit mendapatkan idealitas keduanya. Jika ingin berkembang maka membaca tetap sebagai basisnya.

Saya kebetulan memiliki sebuah buku yang sangat saya sukai, judulnya Bukuku Kakiku. Buku terbitan Gramedia Jakarta tahun 2004 ini—sudah sangat lama ya—memuat kisah banyak tokoh terkemuka Indonesia dalam kaitannya dengan dunia buku. Lewat buku ini kita bisa belajar bahwa ketika membaca telah mendarahdaging maka akan terjadi transformasi diri menjadi sosok yang penuh inspirasi.

Di buku ini Ajip Rosidi menulis artikel dengan judul “Buku dalam Hidup Saya”. Ajip berkisah bagaimana ia sudah mulai suka membaca buku saat duduk di bangku sekolah dasar. Ia membaca 2-3 judul buku setiap minggu dari perpustakaan. Minat bacanya sangat tinggi. Seiring waktu minat bac aitu mengantarkan Ajip memiliki mimpi menjadi penulis. Ia memproklamasikan diri akan hidup sebagai pengarang. Secara formal ia hanya tamat SMP tetapi bacaannya yang sangat luas membuatnya memiliki pengetahuan melampui profesor pada umumnya.

 Sebuah universitas di Jepang mengangkat Ajip Rosidi sebagai professor tamu sampai pensiun. Ya, membaca yang membuat Ajip Rosidi memiliki pengetahuan yang sangat luas. Sebagai orang yang terdidik saya kira kita bisa meneladai kisah hidup Ajip Rosidi sesuai dengan konteks kehidupan kita masing-masing.

Intinya adalah mari rawat dan tumbuhkembangkan tradisi membaca demi kemajuan hidup.

 

Trenggalek, 26-6-2021

16 komentar:

  1. Membaca tulisan dok. semakin memacu semangat diri untuk terus mengasah diri. Terima kasih dok sudah diterima di keluarga besar SPK.

    BalasHapus
  2. Terima kasih mas Doktor, sangat menginspirasi bagi kami

    BalasHapus
  3. tulisannya mengajak kita untuk introspeksi diri yg kemudian bertindak untuk membudayakan, membiasakan membaca

    BalasHapus
  4. Saat energi membaca dan menulis mulai loyo, membuka catatan Bapak seakan-akan sedang dicharge sampai penuh. Terima kasih catatannya Bapak inspirator.

    BalasHapus
  5. benar sekali pak..sangat mengena sekali yg bapak smpaikan... mengingat kan diri untuk terus membaca.terima kasih pak 🙏

    BalasHapus
  6. Mari kita rawat budaya membaca

    BalasHapus
  7. Setuju dengan tulisan panjenengan pak, tetap semangat membaca

    BalasHapus
  8. Terima kasih pak haji Ngainun mengingatkan kembali bahwa tradisi membaca di dunia pendidikan dan kita masih kurang membaca. Smg dengan semangat Litersi pak Doktor bangkitkan budaya membaca sbg kebutuhan.

    BalasHapus
  9. Terima kasih pembahasannya mudah dipahami utamanya untuk guru. Saya suka sekali tulisan tentang hubungannya membaca dan menulis. Tulisan ini langsung saya share ke teman guru agar lebih giat lagi membudayakan membaca bagi siswa. Salam Literasi pak Dosen

    BalasHapus
  10. Ibarat pelatih sepak bola kalau mempunyai trick atau strategi jitu kenapa ngk dipakai...mantab surantab pencerahannya prof...

    BalasHapus
  11. Alhamdulillah saya termasuk salah satu penggemar tulisan pak doktor karena tulisannya renyah dan mudah dicerna.

    Setiap kali bertemu tulisan pak doktor keimanan menulis menjadi naik seakan yazidu wayankuz.

    Syukur bisa berteman di FC dengan pak doktor sehingga semangat menulis terus sekalipun istiqomah belum saya miliki saat ini.

    Semoga pak doktor sehat terus sehingga kamamfaatan itu bisa didapati semua orang yang ingin menjadi lebih baik didunia literasi. (Praya-lombok Tengah)

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.