Kenangan tentang Bu Nyai Hamidah

Agustus 03, 2022

Bersama Bu Nyai Hamidah di Rumah Nikmah Khotimah
 

Ngainun Naim

 

Sebuah pesan WA masuk ke HP-ku pada 12 September 2021. Pesan itu datang dari Nikmah Khotimah, alumni Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang. Ia sesungguhnya adik kelas saat sekolah di Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang. Kini ia Bersama keluarganya tinggal di Pakel Tulungagung.

Inti pesannya mengabarkan bahwa Bu Nyai Hamidah pada hari itu akan rawuh ke rumah Nikmah. Saya sendiri saat itu sedang bersih-bersih di rumah. Maklum, hari minggu. Segera saya memberitahu istri dan memintanya bersiap menemui Bu Nyai dengan rentang waktu yang sangat mepet.

Alhamdulillah, meskipun terlambat, saya dan istri bisa menemui Bu Nyai. Dalam pertemuan ini beliau berkisah tentang banyak hal. Sama persis ketika puluhan tahun lalu saya mondok. Saya menyimak penuh perhatian atas dawuh beliau. Pada kesempatan tersebut saya bercerita jika baru saja mengajukan usul Guru Besar. Saya meminta doa kepada Bu Nyai Hamidah agar usulan Guru Besar saya lancar. Beliau dengan tulus mendoakan saya. Saya sungguh bahagia beliau mendoakan dengan penuh hikmat.

Sowan bersama kawan-kawan IKAPPMAM Tulungagung

 

Selang beberapa bulan kemudian betul SK Guru Besar saya turun. Saya sungguh sangat bersyukur. Anugerah ini tidak lepas dari doa para Kiai, Bu Nyai, orang tua, para guru, dan semua pihak.

Kementerian Agama mengundang para penerima SK untuk hadir pada tanggal 3 Januari 2022 bersamaan dengan peringatan HAB Kementerian Agama. Catatan selengkapnya di sini. Tanggal 2 Januari 2022 saya dalam perjalanan ke Jakarta. Saya ingat persis saat baru saja landing di Jakarta, KH Imam Haromain Asy’ari menelpon. Subhanallah, ini merupakan kebahagiaan seorang santri yang sulit untuk dilukiskan. Beliau mengucapkan selamat dan menanyakan kapan saya ke pondok. Saya menceritakan bahwa saya baru dalam perjalanan dan sesegera mungkin akan sowan ke pondok.

8 Januari 2022 bersama beberapa alumni Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar yang tinggal di Tulungagung kami sowan ke Denanyar. Tujuan utamanya ngalap barakah, sowan kiai dan ziarah ke makam kiai-kiai Denanyar. Pada kesempatan ini kami mendapatkan petuah Kiai dan Bu Nyai Pondok Pesantren Denanyar, termasuk dari Ibu Nyai Hamidah.

 Bersama Kiai dan Bu Nyai

Tanggal 23 Maret 2022 Ibu Nyai Hamidah kembali menelepon. Hari itu berlangsung Pengukuhan saya sebagai Guru Besar di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Saya memang mengundang KH Imam Haromain Asy’ari dan Ibu Nyai Hamidah. Bu Nyai Hamidah menyampaikan selamat, mendoakan, dan memberikan informasi bahwa yang bisa hadir adalah KH Imam Haromain. Beliau juga ikut namun karena kondisi beliau tidak ke kampus namun berada di PP Mamba’ul Ma’arif Tulungagung yang lokasinya sekitar satu kilometer di utara kampus. Saya menyampaikan terima kasih tak terkira atas doa beliau.

Hari Sabtu pagi tanggal 21 Mei 2022. Saat itu saya sedang bertugas menyampaikan materi di sebuah kota di luar propinsi selama beberapa hari. Informasi duka bertebaran di WA. Saya tercekat. Sungguh di luar dugaan. Ingin rasanya segera meluncur ke Pondok Pesantren Denanyar Jombang untuk takziah tetapi saya berada di wilayah yang sangat jauh. Saya juga sedang menjalankan tugas. Saya hanya bisa berdoa semoga beliau husnul khatimah.

Ingatan kembali melayang di awal tahun 1990-an. Saat itu saya menjadi santri di Asrama Sunan Ampel yang pengasuhnya adalah KH Imam Haromain Asy’ari dan Ibu Nyai Hamidah. Saya sungguh bersyukur pernah mondok di Asrama Sunan Ampel. Tiga tahun tentu bukan waktu yang panjang untuk proses menuntut ilmu tetapi saya merasakan betul pengaruh besarnya mondok bagi kehidupan saya sekarang ini.

Saya ingat betul bagaimana Ibu Nyai Hamidah malam-malam membuka pintu ndalem yang belakang. Saat itu kami para santri yang jumlahnya beberapa orang sedang menonton televisi. Ya, menonton televisi hanya bisa dilakukan dalam waktu tertentu dalam durasi yang terbatas. Beliau tetiba mengirimkan makanan kepada kami sambil berpesan untuk segera tidur karena paginya kami harus bangun pagi-pagi untuk melakukan aktivitas esok hari. Sungguh sebuah anugerah tak terkira bagi kami para santri.

Salah satu hal yang acapkali dilakukan santri yang bandel adalah bolos sekolah. Lucunya, bolos dilakukan dengan bersembunyi di asrama. Nah, Ibu Nyai seringkali keliling mengecek kamar demi kamar untuk memastikan tidak ada santri yang bolos. Pada saat tertentu ada saja santri yang ketahuan bolos. Tentu, hukuman edukatif siap menanti.

Ibu Nyai Hamidah sangat dekat dengan kami para santrinya. Meskipun sudah puluhan tahun lulus, beliau ingat persis dengan kami para santrinya. Saat sowan, beliau masih menanyakan banyak hal yang berkaitan dengan masa kami mondok dulu. Sungguh ini sebuah penghargaan dan kebahagiaan yang tidak terkira bagi saya.

Beliau merupakan sosok panutan dalam makna yang sesungguhnya. Kedermawanan beliau menjadi teladan bagi banyak orang. Beliau juga ahli silaturrahmi. Sakit bukan menjadi halangan beliau untuk mengunjungi handai taulan.

Kini beliau sudah berpulang. Tulisan ini hanya sekian ratus kata tetapi saya menyelesaikannya membutuhkan waktu berbulan-bulan. Jujur, sangat berat bagi saya menyelesaikan catatan sederhana ini. Teriring doa semoga beliau menjadi ahli sorga. Amin.

 

Tulungagung, 3-8-2022

14 komentar:

  1. Hikmah dan berkah dari silahturahim... Aamiin ya rabbal alamiin

    BalasHapus
  2. Masya Allah, Prof. Kisah mondok yg tak terlupakan.

    BalasHapus
  3. Berkahnya mondok luar biasa. Sangat terharu.sukses selalu.

    BalasHapus
  4. Pelajaran berharga dari Mondok. Hikmah silaturahmi luar biasa yg dicontohkan langsung Bu Nyai Hamidah. Smg Husnul Hotimah

    BalasHapus
  5. Masya Allah. Kisah mondok yang penuh hikmah. Dan santri yang berbakti pada guru

    BalasHapus
  6. Semoga amal baik beliau diterima di sisi-Nya.

    BalasHapus
  7. Semoga Amal ibadah bu Nyai diterima oleh Alloh SWT.. Aamiin...

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.