Mendapatkan Banyak Ilmu

Desember 09, 2022

 Bersama tim dari UIN SATU Tulungagung

 

Saya selalu berusaha belajar dari siapa pun. Ilmu datangnya lewat banyak orang. Lewat banyak cara. Justru karena itulah saya selalu berusaha membuka diri untuk menyerap ilmu demi ilmu yang terhampar luas seolah tak bertepi.

Saat belajar itulah saya merasakan betapa saya tidak ada apa-apanya. Pengetahuan saya tidak banyak artinya dibandingkan mereka-mereka yang memiliki pengetahuan yang jauh lebih dahsyat. Justru karena itulah saya harus terus banyak belajar.

Ilmu utama yang bisa saya catat terkait profesionalitas kawan-kawan panitia dari Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, reviewer, dan panitia lokal kegiatan BCRR II di IAIN Sultan Amai Gorontalo. Acara intinya pada tanggal 25-27 November 2022, tetapi kami semua bekerja sejak awal tahun. Tidak terhitung--karena memang juga malas jika harus menghitung--jumlah komunikasi yang harus kami lakukan. Zoom dan Video Call grup sangat sering kami lakukan. Waktunya tidak pasti.

Awal-awal saya agak terkejut juga dengan pola kerja semacam ini. Bayangkan, lagi enak-enak ngajar, Bu Nyai Imas telepon WA. Tentu karena sama-sama penting, telepon diterima dan mahasiswa diberikan kesempatan diskusi sendiri. Untungnya, begitu telepon usai, jam kuliah juga usai. Sungguh menggembirakan.

Hal semacam ini tidak hanya sekali tetapi berkali-kali. Ini memang kebutuhan karena ada persoalan yang harus didiskusikan. Setelah diskusi, sedikit demi sedikit persoalan pun terurai.

Pernah juga zoom bersama dilakukan secara mendadak. Saat itu tetiba HP saya berbunyi. Rupanya dari Mbak Nyai Imas. Beliau mengabarkan saat itu juga aka nada zoom. Padahal pada malam hari itu saya sedang menyetir. Tidak ada pilihan, saya segera minggir. Beruntung ada sebuah warung. Saya pun memesan makan dan minum lalu buka hp untuk zoom. Rezeki memang tidak pernah salah alamat, setidaknya bagi warung tempat saya ngezoom. Kalau tidak ada panggilan untuk zoom, tentu saya tidak akan belok ke warung itu.

Koordinasi dengan Dr. Suwendi, Pak Basid, Pak Basir, dan tim IAIN Gorontalo menjadi penanda penting keseriusan kami. Pak Dr. Suwendi beberapa kali mengingatkan agar kegiatan ini sukses. Berbagai kemungkinan negatif diminimalisir. Sekarang ketika semuanya usai asyik saja untuk ditulis. Dulu ketika BCRR belum berlangsung, segala doa dan khizib dilafalkan demi kesuksesan acara.

Alhamdulillah, harapan terkabul. Secara subjektif saya bisa menyebut BCRR II ini melampaui target. Sangat sukses dan membanggakan. Tentu bukan berarti tanpa kekurangan. Namun capaian yang luar biasa adalah sesuatu yang membanggakan.

Seorang juara pertama sebuah kategori menemui saya usai malam anugerah. Dia bilang bahwa ini acara sangat bergengsi. Ini acara luar biasa yang membuatnya sangat bangga. Apresiasi semacam ini tentu membahagiakan.

Tentu ada banyak pelajaran sekaligus bahan guyonan. Kerja bersama orang-orang serius seperti Prof. Dr. Budiyono Saputro dan Nyai Imas Maesaroh, Ph.D membuat saya juga harus serius. Tapi saat tertentu budaya humor saya lumayan melemaskan ketegangan di antara kami.

Ilmu lain yang saya peroleh dari totalitas kawan-kawan IAIN Sultan Amai Gorontalo. Panitia sigap sejak menjemput hingga mengantarkan pulang peserta. Informasi hotel yang tersentral membuat koordinasi mudah.

Sesungguhnya kesigapan panitia sudah terlihat jauh sebelum acara digelar. Koordinasi berlangsung dengan intensif. Catatan demi catatan dalam setiap pertemuan langsung direspon oleh panitia. Sungguh dedikasi yang luar biasa.

Saya tiba di Bandara Djalaluddin Gorontalo bersama seorang nomine dari kampus saya. Saya hanya memakai kaos dan bertopi dengan tas, bukan koper. Begitu datang panitia sudah langsung bertanya. Nama, asal, dan sebagai apa.

Ini ada cerita lucu. Saat saya sebut nama saya, panitia langsung membawa saya menuju mobil. Saya satu mobil dengan Prof. Dr. Mardan dari UIN Makassar dan Dr. Subhan Abdullah, WR 3 UIN Mataram. Kami pun kemudian berangkat menuju hotel.

Nomine yang bersama saya dari UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Arijal Khoiri, rupanya kebingungan saya pergi ke mana. Ia tidak melihat saya menuju mobil. Katanya gerakannya sangat cepat dan tidak termonitor. Perasaan saya baru berdiri di depannya. Ia yang sedang berdialog dengan panitia penjemput tidak melihat saya bergerak.

Saya secara pribadi mengapresiasi terhadap kinerja tim IAIN Gorontalo. Totalitasnya sungguh luar biasa. Tanpa totalitas tim, rasanya sulit membayangkan acara akan sukses.

 

Minggu, 3 Desember 2022

10 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.