Sirah dan Jalan Mencintai Nabi

Januari 10, 2023


 

Ngainun Naim

 

Barangkali tidak ada sosok yang pengaruhnya sedemikian besar melebihi Nabi Muhammad. Namanya begitu sering disebut dalam banyak kesempatan, ucapannya adalah panduan hidup, dan perilakunya menjadi titik teladan. Kerinduan akan sosoknya memunculkan banyak kreativitas dan ekspresi yang terus tumbuh sepanjang sejarah. 

Riset demi riset tentang Nabi Muhammad dan hal-hal yang terkait tidak pernah selesai. Selalu saja ada sisi baru dan berbeda yang bisa dieksplorasi dan digali. Usaha-usaha semacam ini merupakan aktualisasi dari ikhtiar untuk mengenal Nabi Muhammad secara lebih mendalam. Pengetahuan tentang hal-ikhwal Nabi Muhammad dan segenap sisi hidupnya merupakan media penting untuk mencintai beliau.

Almarhum Jalaluddin Rakhmat pernah menulis di sebuah buku karyanya—sayang saya lupa di buku apa. Saya baca buku itu tahun 2007—bahwa salah satu keinginannya adalah menulis tentang Nabi Muhammad SAW setahun sekali. Keinginan ini muncul sebagai aktualisasi dari kecintaannya kepada Baginda Rasulullah SAW. Saya sendiri tidak tahu pasti apakah keinginan tersebut terpenuhi. Memang saya memiliki beberapa buku karya Kang Jalal tentang Nabi Muhammad tetapi tidak banyak.

Buku yang berkisah tentang Nabi Muhammad sesungguhnya sudah sangat banyak. Buku itu ditulis kaum Muslim maupun non-Muslim. Perspektif yang digunakan bermacam-macam. Model penulisannya pun demikian. Namun ada satu kesamaan, yaitu bagaimana menyajikan kisah hidup Nabi Muhammad.

Satu di antara banyak buku yang berkisah tentang Nabi Muhammad adalah karya Muhammad Husain Haikal. Buku ini membuat penulisnya dikenal luas ke dunia Islam. Buku ini sudah berumur puluhan tahun namun dalam waktu tertentu masih saja terbit.

Edisi terbaru buku ini berjudul Sirah Muhammad yang diterbitkan oleh Mizan, penerbit berkelas asal Bandung. Buku ini dikemas secara menarik. Satu lagi yang berbeda, pengantar redaksi buku ini sangat luar biasa.

Ya, pengantar buku ini ditulis oleh editor, yaitu Ahmad Baiquni. Pengantarnya cukup panjang, 29 halaman. Saya beruntung mendapatkan kesempatan membaca kata pengantar buku sejarah monumental ini. Saya membaca bagian demi bagian dari pengantar ciamik ini. Baiquni menulis bahwa sirah itu memiliki peranan penting dalam kehidupan umat Islam, khususnya di Indonesia. Namun demikian apa, mengapa, dan bagaimana sosok Nabi Muhammad belum sepenuhnya dipahami oleh umat Islam.

Zaman telah berubah secara dinamis. Namun bukan berarti kita harus larut sepenuhnya dengan perubahan. Justru aspek yang penting adalah bagaimana perubahan ini tidak membuat kita kehilangan karakter khas yang kita dimiliki.

Tentu hal semacam ini tidak akan terbangun dengan sendirinya. Dibutuhkan usaha secara serius dan sistematis. Sirah adalah sumber penting yang bisa dijadikan pedoman dalam arus perjalanan zaman yang sedemikian kompleks. Sirah bentuknya tidak tunggal tetapi bermacam-macam. Namun demikian ada spirit, nilai-nilai, dan substansi yang relevan untuk setiap zaman. Pada titik inilah interpretasi dan kontekstualisasi diperlukan.

Catatan pengantar Ahmad Baiquni cukup komprehensif. Membaca catatan pengantar ini seperti melihat abstrak artikel jurnal. Membaca abstrak memberikan informasi singkat isi sebuah artikel. Tentu bukan semua, tetapi paling tidak memberikan deskripsi awal tentang apa, mengapa, dan bagaimana buku Husein Haikal ditulis.

Saya menikmati catatan demi catatan sepanjang 29 halaman ini. Bahasanya renyah dan mengalir. Selain mengantarkan untuk memahami sosok Nabi Muhammad, pengantar Ahmad Baiquni juga mengajak kita untuk menjadi manusia yang lebih berkualitas. Salah satu bagian yang sangat mengesankan adalah saat ia menulis tentang kesunyian. Manusia itu diapit oleh dua jenis kesunyian, yaitu kesunyian rahim dan kesunyian makam.

Kesunyian sesungguhnya menjadi momentum untuk meningkatkan kualitas manusia. Bisa kualitas intelektual atau spiritual. Banyak teori besar lahir dari proses menepi. Demikian juga dengan capaian spiritual.

Pengantar yang ditulis Ahmad Baiquni cukup representatif untuk mengantarkan buku yang ditulis oleh Muhammad Husein Haikal. Sebuah buku monumental dengan tipologi sirah global yang penting untuk kita baca, kaji, dan kontekstualisasikan nilainya dalam kehidupan kekinian.

 

#4*

Tulungagung, 10.01.2023

4 komentar:

  1. Buku tentang Buku Nabawiyah itu selalu menarik. Terima kasih prof Ngainun Naim . (Abdisita)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar

      Hapus
  2. Wah.. mantap sekali Prof..
    Kata pengantarnya saja sampai 29 halaman..
    Memang ciamik kados pangendikanipun Prof...

    BalasHapus
  3. Buku yang harus saya baca. Terima kasih pak resensinya

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.