Klaim Keturunan Nabi

April 29, 2023


 

Ngainun Naim

 

Ramai kasus Bahar bin Smith yang mengaku keturunan Nabi belum usai. Beredar di media sosial beberapa kali ia menyebutkan sebagai keturunan Nabi Muhammad secara tidak konsisten. Suatu kali ia menyebut keturunan ke 29, lalu keturunan ke-33, dan di kesempatan lain mengaku sebagai keturunan ke-38.

Bahar bin Smith memang cukup kontroversial. Ia pernah mendekam di jeruji besi. Ceramahnya keras. Perilakunya demikian juga. Setidaknya itu yang saya saksikan di media.

Bahar bin Smith sesungguhnya hanya salah satu contoh tentang habib dan perilakunya. Padahal Habib itu lebih dominan yang menunjukkan hal positif dengan kontribusi yang luar biasa. Intinya, habib itu tidak tunggal. Banyak banget variannya. Sangat banyak dengan segala afiliasi sosial, politik, dan budaya. Di antara mereka juga terjadi kontestasi, selain—tentu saja—kerjasama untuk saling mendukung.

Fenomena habib sesungguhnya telah menjadi bidang kajian yang cukup dinamis. Beberapa yang bisa dibaca adalah apa yang ditulis oleh Marx Woorward dan tim (Woodward et al., 2012), Daniel Androw Birchok (Birchok, 2015), dan disertasi yang ditulis oleh Syamsul Rijal (Rijal, 2022). Tentu di luar ketiga penelitian ini masih ada banyak lagi penelitian tentang habib dengan fokus dan pendekatan yang berbeda.

Disertasi Syamsul Rijal di ANU ini menampilkan data yang padat dan analisis kritis tentang fenomena aktivisme keagamaan para habib muda di Indonesia kontemporer. Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam disertasi yang kemudian terbit menjadi buku tersebut, yaitu sejarah, sosiologis, dan antropologis. Fenomena habib di Indonesia ternyata cukup kompleks. Ia berkaitan dengan konteks global dan lokal. Substansinya, Rijal menjelaskan bahwa habib semakin mendapatkan peranan yang kuat di Indonesia.

Ada banyak informasi menarik yang dihadirkan oleh Rijal. Pengetahuan dan hal-ikhwal aktivitas keagamaan habib disajikan secara menarik. Buku ini menghadirkan “sisi dalam” yang belum banyak diketahui oleh publik.

 

Trenggalek, 29.4.2023

#70*

 

Birchok, D. A. (2015). Putting Habib Abdurrahim in his place: Genealogy, scale, and islamization in Seunagan, Indonesia. Comparative Studies in Society and History, 57(2). https://doi.org/10.1017/S0010417515000110.

Rijal, Syamsul. (2022). Habaib dan Kontestasi Islam Indonesia: Antara Menjaga Tradisi dan Otoritas. Jakarta: LP3ES.

Woodward, M., Rohmaniyah, I., Amin, A., Ma’arif, S., Coleman, D. M., & Umar, M. S. (2012). Ordering what is right, forbidding what is wrong: Two faces of Hadhrami dakwah in contemporary Indonesia. In RIMA: Review of Indonesian and Malaysian Affairs (Vol. 46).

 

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.