Ketika Spirit Menulis Meredup

Oktober 28, 2023

 

Ngainun Naim

 

Menulis itu perjuangan. Untuk menghasilkan sebuah karya seperti tulisan sederhana ini dibutuhkan usaha dan pengorbanan. Usaha berkaitan dengan bagaimana memiliki pengetahuan pendukung tulisan, kesadaran untuk menulis, dan kemampuan menggerakkan jari-jemari untuk menghasilkan tulisan. Pengorbanan berkaitan dengan waktu, tenaga, pikiran, dan hal-hal lain yang terkait.

 

Tanpa usaha dan perjuangan tidak akan ada tulisan. Adanya hanya angan-angan untuk memiliki tulisan. Angan-angan itu abstrak, tidak konkrit.

 

Kata “perjuangan” kesannya sangat berat. Padahal berat atau ringan itu soal cara pandang. Jika cara pandang yang dipakai positif-optimis, tidak ada kosakata berat. Adanya rasa senang untuk menundukkan segenap tantangan. Jika cara pandang yang dipakai negatif-pesimis maka beratnya perjuangan betul-betul dirasakan. Implikasinya, keluh-kesah menjadi bagian dalam proses menghasilkan tulisan.

 

Spirit menulis itu tidak selalu stabil. Kadang tinggi, sedang, rendah, atau bahkan hilang sama sekali. Kondisi semacam ini sesungguhnya manusiawi. Namun jika sudah menancapkan niat untuk menjadi penulis maka harus ada kesadaran dalam diri untuk selalu merawat spirit berkarya.

 

Langkah awal yang biasanya saya sarankan adalah dengan memaksa diri. Jangan justru menikmati rasa malas karena akan membuat gairah menulis semakin menjauh. Lakukan aktivitas membaca dan menulis. Mungkin awalnya berat tetapi ketika sudah berada dalam kondisi stabil, semuanya akan baik-baik saja.

 

Langkah lain yang bisa dipilih adalah bergabung dengan komunitas menulis. Sekarang ini ada banyak komunitas berbasis WA, facebook, dan media sosial lain. Jika memang memiliki minat belajar menulis yang kuat, tidak sulit mencari grup dan berlatih menulis. Jangan sekadar menjadi anggota silent reader tetapi menjadi anggota aktif dengan mengasah keterampilan menulis.

 

Jika sekadar silent reader maka sampai kapan pun tidak akan terampil menulis. Wawasan mungkin bertambah tetapi sebatas sebagai wawasan. Padahal menulis itu bukan sebatas wawasan tetapi aktualisasi wawasan dalam tindakan.

 

Buku-buku motivasi juga penting untuk dibaca ketika semangat meredup. Bisa juga buku tentang kisah kepenulisan dan proses kreatif. Buku-buku semacam ini bisa menjadi energi yang menaikkan kembali semangat untuk berkarya.

 

Tentu ada banyak lagi cara yang bisa dilakukan agar semangat menulis tidak meredup. Kuncinya ada pada diri sendiri. Tanpa ada kemauan dan kesadaran untuk menghasilkan karya, semangat meredup bisa membuai tanpa ada kepastian kapan lagi akan bangkit untuk berkarya.

 

Richard Carlson (2023) menjelaskan bahwa manusia akan menapaki kemajuan dalam hidup jika menyadari dan melakukan usaha untuk merubah hal-hal yang masih bisa dirubah dan menerima realitas yang sudah tidak bisa dirubah. Spirit menulis yang meredup masih bisa dirubah. Hanya mau atau tidak.

 

Palangka Raya, 28 Oktober 2023

 

 

 

14 komentar:

  1. Lha nggh, bak e untuk konsisten menulis niku buuuerat nggih prof...

    BalasHapus
  2. Wah, kok cocok, sedang membangun perjuangan untuk bangkit....
    Terima kasih Prof...

    BalasHapus
  3. Saya setuju dengan kalimat ini "...dengan memaksa diri. Jangan justru menikmati rasa malas karena akan membuat gairah menulis semakin menjauh..."

    Kalimat ini sesuai dg apa yang saya alami beberapa bulan ke belakang... malas nulis, tidak memaksa diri, lanjut ke menikmati rasa malas...eh tidak terasa saya absen nulis di blog sampai 3 bulan...

    Sekarang coba menulis lagi, walau hanya tulisan sederhana dan alakadarnya saja...just for fun..memang ada terasa bahagia saat nulis sesederhana apapun.

    Terima kasih inspiranya Pak.

    Salam,

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.