Melampaui Ketidakmungkinan
Ngainun Naim
Kreatif dan selalu bersemangat. Berbincang selalu dalam frekuensi untuk menghadirkan kebaruan. Banyak hal yang ditawarkan. Terkadang mengejutkan dan seolah tidak mungkin. Namun ia selalu penuh percaya diri dengan apa yang disampaikan.
Paragraf pembuka ini barangkali bisa merepresentasikan sebagian potret Kang Aziz yang saya kenal. Sosoknya yang grapyak tidak pernah berubah sejak perkenalan saya di tahun 1996 sampai beliau berpulang pada September 2023.
Ia sangat rajin silaturrahim. Jika tidak dilakukan secara langsung, ia melakukannya melalui telepon. Kadang sekadar basa-basi. Kadang juga serius.
Perbincangan demi perbincangan melalui telepon, meskipun tidak intensif, saya lakukan dengan beliau. Sesungguhnya lebih sering beliau yang mulai menghubungi. Saya jarang yang berinisiatif memulai. Saya merasa sungkan menghubungi terlebih dulu mengingat beliau yang lebih senior. Juga mencermati kesibukan beliau yang kian hari bukan kian berkurang tetapi kian padat. Jika mendadak saya hubungi, kuatir mengganggu aktivitasnya.
Teringat bagaimana jejak awal perkenalan saya dengan beliau. Saya baru saja pindah ke IAIN Sunan Ampel Tulungagung dari IAIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 1996 ketika Kang Aziz menjadi Ketua Umum PMII Cabang Tulungagung. Saat itu ia sosok pimpinan yang progresif. Ide dan programnya kreatif dan menarik bagi para kader.
Sebagai pendatang baru di PMII Cabang Tulungagung, saya relatif pasif. Minat membaca dan menulis saya kembangkan dibandingkan dengan demonstrasi atau pilihan aktivitas yang lainnya. Hari-hari saya lebih banyak berkutat dengan buku, koran, dan mesin ketik manual.
Pelan tapi pasti saya mulai akrab dengan para senior, termasuk Kang Aziz. Sebagai kader, saya cukup terkesan dengan kiprah Kang Aziz. Ia jago lobi. Juga selalu menghadirkan hal-hal baru yang acapkali mengejutkan.
Saya menyebut Kang Aziz sebagai sosok multitalenta. Selain jago lobi, ia juga pandai jurnalistik. Majalah DIMeNSI IAIN Tulungagung dulunya dikelola Kang Aziz.
Meskipun demikian sesungguhnya saya tidak sangat akrab dengan beliau. Mungkin karena bidang yang saya tekuni, juga aktivitas sehari-hari saya, tidak sama dengan beliau. Namun demikian kami terus tersambung dalam komunikasi.
Usai menjalankan tugas sebagai Ketua Cabang PMII Tulungagung, Kang Aziz aktif di Rabithah Ma'ahid Islamiyah [RMI]. Tapi saya tidak tahu bidangnya apa.
Suatu pagi beliau datang ke Kantor PMII Cabang Tulungagung. Beliau mengajak kami yang menginap di kantor PMII Cabang Tulungagung untuk sarapan. Saya ingat persis warung yang dituju adalah warung pecel depan Polres Tulungagung. Ini warung yang dalam pandangan kami saat itu sangat istimewa. Bisa dimaklumi mengingat kondisi nasib dan masa depan yang tidak jelas pada masa itu.
Selain bonus sarapan, Kang Aziz memberikan bonus tentang masa depan. Ia berkisah tentang banyak hal, termasuk aktivitasnya mengelola Majalah SANTRI. Provokasinya sungguh dahsyat. Modal inilah yang tampaknya menjadi salah satu kelebihan beliau yang tidak dimiliki oleh kader-kader yang lainnya.
Kang Aziz memang kreatif. Cepat sekali belajar. Beliau yang memperkenalkan saya dengan komputer canggih. Saat saya berkunjung ke kantor Majalah SANTRI di Surabaya, beliau mengajari saya Microsoft Word. Sebuah keterampilan yang sangat bermanfaat dalam karir kepenulisan saya.
Padahal saya tahu persis beliau belum terlalu lama akrab dengan Microsoft Word. Ketika masih di PMII Cabang Tulungagung, komputer yang ada belum memakai Microsoft. Masih jadul yang untuk mengoperasikannya harus memakai alat bantu dos.
Kang Aziz juga selalu mengapresiasi dan juga mengkritik pilihan saya untuk menekuni dunia literasi. Beliau beberapa kali menghubungi lewat telepon terkait tulisan-tulisan saya. Terlihat sederhana tetapi sungguh sangat bermakna. Rasanya Kang Aziz adalah satu dari sedikit senior yang menunjukkan kepeduliannya terhadap yunior seperti saya.
Relasi saya dengan Kang Aziz terus terjaga sampai sebelum beliau wafat. Kreativitasnya yang luar biasa membuat saya acapkali tercengang. Aktivitasnya melampaui latar belakang pendidikan dan tradisi. Iya menjadi entrepreneur. Ia membantu banyak komunitas untuk maju.
Latar belakang semacam ini memiliki irisan kesamaan dengan kerja saya di Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Beliau cocok memberikan provokasi untuk masyarakat agar maju. Beberapa kali beliau saya undang untuk menjadi narasumber kegiatan yang saya adakan. Sebagaimana biasa, saat menyampaikan materi, beliau selalu bersemangat.
Ada hal unik yang selalu saya ingat, yaitu selalu meminta saya keluar ruangan saat beliau mengisi acara. Pokoknya saya harus pindah lokasi. Tidak boleh menunggu beliau yang sedang menjalankan tugas. Entah apa alasannya. Mungkin tidak mau saya interupsi atau saya ganggu.
Setiap kali bertemu beliau selalu bercerita tentang aktivitasnya yang sangat padat. Saya kira itu sudah sejak lama dilakukannya. Aktivitas-aktivitasnya memang unik dan melampaui kelaziman. Di tangannya tidak ada yang tidak mungkin. Ia melampaui ketidakmungkinan.
Mimpinya sangat besar. Ia konsisten mewujudkannya meskipun tidak selalu berhasil. Namun ia selalu bangkit. Tidak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya.
Saya ingat, di awal tahun 2000-an, ketika kawan-kawannya masih luntang-luntung belum jelas, Kang Aziz datang menemui dengan mobil mewahnya. Dia membawa tas kecil yang isinya duit semua. Tentu tidak ada yang tidak kagum. Ia telah mapan terlebih dulu,
Namun itu tidak lama. Beberapa waktu kemudian terdengar ia mengalami keterpurukan. Tetapi itu tidak membuatnya ikut terpuruk. Tidak seberapa lama ia bangkit kembali.
Hidup Kang Aziz sarat kebajikan. Wajar jika banyak orang yang merasakan kehilangan atas kepergiannya yang mendadak. Kali ini ia tidak kuasa melawan takdir. Ia tidak mungkin mampu melampaui ketidakmungkinan takdir. Ia berpulang dalam kenangan kebajikan.
Selamat jalan Kang Aziz. Insyaallah husnul khatimah. Amin.
Tulungagung, 30 September 2023
Ngainun Naim, Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Pengurus Pusat Asosiasi Dosen Pergerakan [ADP].
Sosok yang luar biasa. Meski sudah pulang ke alam keabadian, jejaknya akan tetap dikenang banyak orang
BalasHapusBetul Pak
HapusHidup Kang Aziz sarat kebajikan. Wajar jika banyak orang yang merasakan kehilangan atas kepergiannya yang mendadak. Satu kalimat sebagai pesan dari tulisan ini. Saya suka.
BalasHapusTerima kasih Bu Kanjeng
HapusKang Aziz yang legendaris. Sudah mendapatkan senior seperti beliau. Alfay
BalasHapusAaminnn
HapusLuar biasa....baik penulis maupun sosok yang ditulisnya. Saya tdk begitu mengenal beliau, tetapi kiprah dan kepedulian nya kepada sesama saya amat mengetahuinya. Selamat jalan kang Aziz
BalasHapusTerima kasih Mbak
Hapus