Menulis Tidak Mengenal Musim

November 10, 2023

 


Ngainun Naim

 

Menulis itu tidak kenal musim. Sesibuk apa pun, harus ada waktu yang khusus untuk menulis. Bukan soal durasi, tetapi soal komitmen.

 

Ketekunan menekuni dunia menulis dicontohkan dengan sangat baik oleh guru saya di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag. Di usia yang tidak muda, beliau terus konsisten menulis buku. Pada hari Rabo tanggal 8 November 2023, diluncurkan tujuh buku karya beliau yang terbit pada tahun 2023. Ketujuh judul buku tersebut adalah Pendidikan Islam Transformatif, Pemikiran Islam Indonesia, Sosioantropologi Pendidikan Islam, Tasawuf Ekspansif, Sejarah Islam Inspiratif, Isu-Isu Aktual Pendidikan Islam, Intelegensia Pesantren, Aksiologi Pendidikan Pesantren, dan Arus Utama Pemikiran Pesantren.

 

Menulis buku itu tidak mudah. Pengalaman saya pribadi, menghasilkan satu buku saja membutuhkan perjuangan yang tidak ringan. Seringkali karena satu dan lain hal, penulisan terhambat. Oleh karena itu saya memberikan apresiasi luar biasa kepada Prof. Dr. Mujamil Qomar yang selama tahun 2023 ini tujuh buku beliau terbit. Semuanya diterbitkan oleh Penerbit Intrans Publishing Malang.

 


Dalam diskusi personal, Prof. Dr. Mujamil Qomar bercerita bahwa ada beberapa lagi naskah beliau yang sedang antri di beberapa penerbit. Selain itu beliau juga sedang menulis beberapa buku berikutnya. Sungguh teladan luar biasa.

 

Saya menemukan setidaknya lima kunci bagaimana Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag. memiliki produktivitas yang sedemikian tinggi. Pertama, banyak membaca. Ketika rancangan buku yang akan ditulis sudah jadi, beliau segera berburu referensi. Perpustakaan UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung adalah salah satu tempat yang selalu beliau kunjungi. Menurut Kepala Perpustakaan, Prof. Dr. Mujamil Qomar adalah pengunjung perpustakaan paling aktif dari kalangan dosen.

Jika menemukan buku yang diperlukan, beliau bisa meminjam buku dalam jumlah puluhan. Beliau membaca dengan cepat, mencatat bagian-bagian yang penting, dan begitu selesai langsung dikembalikan. Jika perlu, beliau akan pinjam lagi buku-buku lainnya. Begitu seterusnya. Tidak pernah ada buku yang tidak dikembalikan. Dalam aspek integritas, beliau tidak ada tandingannya.

 

Toko buku juga menjadi langganan. Beberapa toko buku di Malang dan beberapa kota lain rutin dikunjungi. Jika menemukan buku yang sesuai akan dibeli. Proses perburuan referensi ini berlangsung secara intensif.

 

Tidak jarang beliau menelepon kolega yang diperkirakan memiliki buku yang diperlukan. Meskipun beliau termasuk guru besar senior, tidak ada gengsi untuk menghubungi yang yunior. Saya beberapa kali beliau hubungi untuk berdiskusi dan meminjam buku yang beliau perlukan jika saya memilikinya.

 

Internet juga menjadi sumber referensi yang juga diburu. Buku atau artikel jurnal yang diperoleh dari internet dicetak, dibaca, dan dicatat. Catatan yang kemudian menjadi bahan rujukan semuanya ditulis dengan tulisan tangan.

 

Jika melihat semangat beliau, saya sungguh malu. Tulisan tangan yang berisi sumber-sumber dari hasil bacaan beliau adalah teladan dalam makna yang sesungguhnya. Produktif itu ternyata bukan karena ada alat yang canggih, tetapi pada semangat yang tidak tertandingi.

 

Kedua, jejaring. Prof. Dr. Mujamil Qomar sudah mulai menulis dan menerbitkan buku sejak awal tahun 1990-an. Banyak penerbit yang telah menerbitkan buku-buku hasil kerja intelektualnya. Ketik saja nama Mujamil Qomar di Google, ada sangat banyak hasilnya, yaitu 47.400. Satu ciri khas dari buku-buku beliau adalah selalu berusaha menawarkan hal baru. Ini tentu bukan persoalan sederhana namun beliau melakukannya sepenuh jiwa.

 

Produktivitas menulis beliau meningkat tajam semenjak selesai memimpin STAIN Tulungagung pada tahun 2010. Sejak tahun itu, buku demi buku selesai ditulis dan ditawarkan ke penerbit. Proses terbit bervariasi waktunya. Namun demikian beliau terus menulis seolah tidak pernah kehabisan energi.

 

Pengalaman panjang menerbitkan buku membuat beliau mengenal banyak penerbit. Jejaring penerbit, juga jejaring intelektual yang dimiliki, membuat karya-karya beliau terus terbit seolah tanpa jeda.

 

Ketiga, rajin mencatat. Ke mana-mana beliau selalu membawa buku atau print out sumber-sumber dari internet. Juga buku tulis dan pena dalam beberapa warna. Beliau membaca secara tekun dan mencatat di buku tulis. Kadang saat rapat saya menyaksikan beliau asyik membaca. Ketekunan mencatat inilah yang membuat beliau lancar dalam menulis sebab rujukan demi rujukan sudah tersedia melimpah.

 

Keempat, manajemen waktu. Semua orang pasti memiliki kesibukan, terlebih seorang guru besar. Jadwal mengajar Prof. Dr. Mujamil Qomar cukup padat. Beliau mengajar jenjang S1, S2, dan S3. Di luar UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung beliau juga mengajar. Belum lagi jadwal mengisi seminar di berbagai tempat. Bisa dibayangkan bagaimana padatnya jadwal kegiatan beliau sehari-hari.

 

Jadwal padat bukan alasan untuk berhenti berkarya. Beliau terus menulis dan meneliti. Saya kira aspek manajemen waktu menjadi kunci penting bagaimana buku demi buku dihasilkan.

 

Kelima, semangat. Usia sudah tidak muda, namun semangat tetap membara. Berkali-kali beliau menyampaikan bahwa berkarya menjadi hal yang harus terus diperjuangkan. Karya adalah penanda. Karya adalah hal yang harus diwujudkan karena itulah ciri penting seorang cendekiawan.

 

Orientasi materi jelas sudah terlampui. Menulis buku-buku yang sedemikian banyak bukanlah jaminan mendapatkan royalti berlimpah. Sering justru harus nombok karena antara royalti dengan biaya yang diperlukan selama proses menulis tidak seimbang. Iklim perbukuan Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Namun realitas semacam ini tidak menghentikan untuk terus menghasilkan karya.

 

Saya sendiri belajar banyak pada Prof. Dr. Mujamil Qomar. Tentu sangat jauh dari apa yang beliau lakukan. Namun spirit inspiratif dari laku beliau adalah teladan nyata. Ya, menulis tidak mengenal musim.

 

Tulungagung, 9-10 Nopember 2023

 

 

10 komentar:

  1. Manajemen waktu. Bener sekali pak doktor

    BalasHapus
  2. Sangat produktif dan menginspirasi

    BalasHapus
  3. Sama mitra ngobrol yang tepat.

    BalasHapus
  4. Anak muda jaman sekarang lebih suka lihat dan buat konten video clip seperti di YouTube, TikTok, Instagram dan sejenisnya daripada membaca dan menulis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Namun demikian harus diupayakan, entah dengan cara bagaimana, agar mereka tidak asing dengan dunia membaca dan menulis.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.