Habib Bahasyim
Ngainun Naim
Sumber gambar: https://banjarmasin.tribunnews.com/2022/12/07/angkut-jemaah-haul-ke-76-habib-basirih-banjarmasin-panitia-siapkan-10-kelotok-dan-2-kapal-feri
Ziarah ke makam orang alim adalah sarana belajar. Belajar tentang bagaimana
seorang tokoh bisa memiliki muhibbin yang banyak. Belajar tentang kisah
hidupnya yang belum diketahui. Belajar tentang perilaku utama. Juga belajar
tentang banyak hal dalam kehidupan.
Belajar itu hal penting dalam hidup. Hidup yang terus berproses menjadi
lebih baik dengan belajar dan terus belajar merupakan pilihan yang strategis.
Mungkin kita tidak mampu meneladani dalam banyak hal dari seorang tokoh.
Konteks zaman dan ruang juga berbeda. Namun kita bisa memetik hikmah, apa pun
bentuknya, agar kehidupan kita semakin kaya. Ada inspirasi yang bisa kita
kontekstualisasikan untuk diri kita masing-masing.
Salah satu makam orang alim yang kami kunjungi adalah Habib Bahasyim. Nama
Habib Bahasyim atau Habib Basirih belum pernah saya ketahui sebelumnya. Baru
pada kunjungan ke Banjarmasin kali ini saja saya mengetahuinya. Itu pun juga
karena jasa baik Datuk Rasyid yang mengantarkan kami.
Saya tidak bisa banyak bercerita tentang bagaimana bisa sampai lokasi. Saya
hanya duduk di dalam mobil, menikmati perjalaman, dan mengamati bagian demi
bagian dari setiap jejak. Sungguh ada begitu banyak hikmah yang saya peroleh.
Jalan menuju makam merupakan jalan kampung yang tidak terlalu lebar. Jika
dua mobil berpapasan, salah satu harus minggir. Meskipun demikian, secara umum
kondisinya lumayan memadai.
Mobil kami parkir persis di samping kubah. Hanya berjarak sekitar 10 meter.
Kami pun segera menuju kubah.
Di dalam kubah penuh sesak oleh peziarah. Menurut Datuk Rasyid, di dalam
kubah ada dzuriyah Habib Basyarih yang memandu doa. Saya lihat memang ada sosok
berwajah Arab dan berbaju putih di antara puluhan orang yang memenuhi kubah.
Saya tidak ikut
antri untuk masuk ke dalam kubah. Butuh waktu yang tidak singkat. Antrian masih
panjang.
Saya duduk di luar
bersama kawan-kawan lalu berdoa secukupnya. Setelah cukup kami pun melanjutkan
perjalanan. Masih ada agenda lain yang harus dijalani.
Banjarmasin.
Surabaya. Tulungagung. 16
Desember 2023
Ketika keberkahan itu nyata, apa pentingnya sebuah nasab? Abi selalu bilang: Nasab gak penting, sing penting nasib. :D
BalasHapusJos
Hapus