Jejak Awal Menulis Buku
Ngainun Naim
Dunia menulis sudah menarik minat sejak saya masih duduk
di bangku sekolah dasar. Ketertarikan ini berawal dari kebiasaan membaca. Saat kecil,
ada majalah yang dilanggan oleh Bapak. Rubrik anak-anak di majalah itu menjadi
menu wajib untuk dibaca.
Sering membaca majalah membuat saya memiliki imajinasi
untuk menjadi seorang penulis. Tentu sebatas imajinasi tanpa tahu bagaimana
cara mewujudkannya.
Seiring perjalanan waktu, imajinasi menjadi penulis
semakin mengkristal. Sesungguhnya jalannya cukup panjang. Banyak hambatan dan
tantangan. Menulis ternyata tidak mudah. Satu halaman saja sangat sulit untuk
diselesaikan.
Namun seiring waktu, menulis semakin mudah saya lakukan. Tentu
tidak selalu mudah. Kadang juga sulit, bahkan sangat sulit. Saya sungguh
bersyukur bisa menekuni jalan menjadi seorang penulis ini.
Awalnya saya menulis artikel, esai, cerpen, dan resensi
buku. Ada cukup banyak tulisan yang saya buat. Saya tidak menghitung. Jadi
tidak tahu jumlah pastinya.
Asumsi saya ada ribuan tulisan yang sudah saya hasilkan. Dari
jumlah itu, sebagian besar tidak dimuat ke media cetak, sementara yang berhasil
lolos hanya sebagian kecil saja.
Meskipun demikian, saya terus menulis. Saya kira satu
energi yang menjadi pendorongnya, yaitu honor. Zaman itu, kisaran akhir tahun
1990-an, honor tulisan cukup menjanjikan. Satu artikel di sebuah koran seperti Surabaya
Post, bisa untuk membayar SPP kuliah selama satu semester. Sebuah jumlah
yang sangat besar bagi mahasiswa seperti saya.
Semakin banyak tulisan dikirim, peluang terbit semakin besar.
Itu artinya, kuliah dan kebutuhan hidup sehari-hari bisa teratasi. Maklum,
kondisi ekonomi keluarga di zaman itu memang mengharuskan saya berjuang keras
agar kuliah tetap berjalan. Menulis menjadi pilihan terbaik karena ini adalah
aktivitas yang saya sukai.
Mencari rezeki dari jalur lain rasanya saya tidak mampu. Pernah
jualan koran, jualan susu segar, les privat, dan sejenisnya tetapi tidak mampu
bertahan lama. Menulis bisa menjadi penyelamat kuliah.
Ketika saya menjadi dosen di STAIN Tulungagung mulai
muncul pemikiran untuk menulis buku. Sama seperti ketika awal menulis artikel,
saya tidak tahu caranya. Namun keinginan menulis buku terus muncul.
Suatu ketika ada tawaran untuk menerbitkan buku bersama. Di
bawah koordinasi Drs. Akhyak, M.Ag (sekarang Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag), saya
menulis sebuah tulisan panjang. Judulnya ”Krisis dalam Dunia Pendidikan,
Dimensi Kemanusiaan, dan Pengembangan Nalar Spiritual”. Panjang tulisan sekitar
25 A4 halaman spasi ganda.
Ini merupakan tulisan panjang pertama saya. Tulisan ini
menjadi penanda dan pembuka saya untuk menulis buku. Ya, kebiasaan menulis
pendek menjadi modal penting untuk menulis buku.
Setelah melalui berbagai tahapan buku akhirnya terbit. Judulnya
adalah Meniti Jalan Pendidikan Islam. Buku ini diterbitkan oleh Pustaka
Pelajar Yogyakarta. Sebuah buku cukup tebal yang menjadi kenangan tentang bagaimana
saya belajar menulis.
Buku ini sampai sekarang masih tersedia beberapa
eksemplar. Bagi pembaca yang berminat bisa japri ke nomor WA 081311124546
dengan mengganti ongkos kirim.
Tulungagung, 26 Januari 2024
Luar biasa. Selalu menginspirasi
BalasHapusAlhamdulillah. Terima kasih Pak Haji yang setia membaca catatan sederhana saya dan meninggalkan komentar. Semoga sehat selalu.
HapusKeren prof, bisa dijadikan inspirasi bagi penulis pemula
BalasHapusTerima kasih Mbak. Sekadar berbagi pengalaman
HapusSubhanalloh...terinspirasi ...prof ...
BalasHapusTerima kasih Pak His
HapusMantap banget mas Prof. Sangat menginspirasi
BalasHapusMatur sembah nuwun Bapa. Namung kagem ngemut nalika bibinahu nyerat
Hapus"Panjenengan Piyantuun e Hebaatt Pak Prof.Ainun Naim..." Luar Biasa..!!
BalasHapusBiasa saja. Sekadar belajar dan bersyukur. Terima kasih berkenan mengunjungi blog sederhana ini.
HapusSiap dan mau bukunya Prof. naim. Sdh sy japri di WA Panjenengan. Matut nuwun
BalasHapusInggih
Hapus