Sowan dan Sua

Januari 29, 2024

Ngainun Naim

Bersua ustadz Ahmad Nizar

 

Sowan itu bahasa Jawa. Arti sederhananya adalah berkunjung ke rumah orang yang dihormati. Bisa orang tua, tokoh masyarakat, pejabat, atau kiai. Dalam konteks kehidupan seorang santri, sowan berarti menghadap kiai atau ustadz.

 

Sowan itu tradisi santri. Pada momentum tertentu, seorang santri akan sowan ke kiai. Bisa saat lebaran, saat haul, atau momentum lainnya. Tujuannya adalah meminta doa keberkahan kepada kiai.

 

Orang tua ketika memondokkan anaknya kesebuah pesantren akan sowan ke kiai. Tujuannya adalah memasrahkan anaknya untuk dididik sekaligus memohon doa agar anaknya bisa menjadi santri yang baik.

Sowan dan bersua dengan banyak kawan

 

Seorang santri akan sowan kepada kiai ketika akan pulang atau baru pulang kembali ke pondok dari rumah. Dalam makna ini, sowan adalah pemberitahuan ke kiai atas aktivitas yang telah dilakukan.

 

Satu hal yang selalu saya lakukan saat haul di Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang adalah sowan. Pada haul yang jatuh tanggal 12 Januari 2024, saya baru sampai di lokasi jam 17.00 WIB. Aktivitas yang lumayan padat membuat saya baru bisa sampai di lokasi sore hari. Padahal setelah dhuhur juga ada acara reuni teman seangkatan saat MAN. Namun karena kondisi saya tidak mungkin untuk hadir di acara reuni.

 

Mobil parkir di halaman MTsN 4 Jombang. Kami kemudian berjalan ke arah timur menuju jalan raya. Di ujung jalan, saya bersua dengan kakak tingkat. Namanya Ahmad Nizar. Beliau berjalan bersama dengan istrinya. Saya sapa. Kami pun bersalaman dan berpelukan. Sungguh sebuah pertemuan yang membahagiakan.

Bersama Kiai Yusuf Suharto (Jombang) dan Mas Guru Habis Habibi (Gresik)

 

Ini berkah langsung sowan, yaitu bersua dengan teman. Jika saya tidak datang saat haul, tidak mungkin saya bertemu Ahmad Nizar. Saya juga tidak akan tahu bahwa beliau kini mengelola sebuah pesantren yang ada di sekitar UIN Sunan Ampel Surabaya.

 

Usai berpisah saya melanjutkan perjalanan. Tujuan utamanya adalah Asrama Sunan Ampel. Di Asrama ini dulu saya mondok selama tiga tahun.

 

Baru berjalan sekitar 30 meter, saya melihat KH. Sholahuddin Fathurrohman. Beliau pengasuh Asrama Al Bisri. Saya pun segera menyapa beliau, bersalaman, dan beliau pun mengajak saya ke ndalem beliau.

 

Di ndalem, ada beberapa tamu. Juga banyak tamu yang datang dan pamit. Beberapa saya kenal. Ada yang baru saya kenal.

 

Intensitas dan jumlah pertemuan semakin banyak. Ini sebuah anugrah yang saya syukuri. Jika bukan karena sowan, saya tidak akan bersua.

 

Tulungagung, 18 Januari 2024

 

 

 

12 komentar:

  1. Sopan dan sua yang penuh keberkahan ya.Alhamdulillah

    BalasHapus
  2. Alhamdulilah sowan penuh berkah di an menjlain silaturahmi

    BalasHapus
  3. Benar-benar bukti berkahnya dari silaturahmi.

    BalasHapus
  4. Didawuhi, sowan, ndalem merupakan terma khas dalam sub kultur pesantren. Masih banyak lagi istilah lain yang masih lestari.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Pak Syaifudin. Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar.

      Hapus
  5. Bulan lalu saya ke Ponorogo, kunjungan ke rumah besan. Kalau ini bukan sowan ya Pak, tapi silaturahmi saja? Menyambung tali persaudaraan saat cucu sudah berusia 8 bulan.
    Disana dipertemukan dengan banyak saudara dari besan. Alhamdulillah jadi tambah saudara.
    Dan besan sudah mempersiapkan upacara Tedhak Siten buat cucu. Dari sini saya jadi cukup tahu mengenai budaya Jawa, walau hanya sedikit saja.

    Sowan atau silaturahmi memang membawa berkah, seperti yang dicontohkan pada tulisan dan foto-foto pada tulisan Bapak ini.

    Salam,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Bapak atas kunjungan dan komentarnya. Semoga suatu saat bisa silaturrahmi. Amin.

      Hapus
  6. sowan melanggengkan persaudaraan, merawat keakraban

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.