Sowan dan Sua
Ngainun Naim
Bersua ustadz Ahmad Nizar
Sowan itu
bahasa Jawa. Arti sederhananya adalah
berkunjung ke rumah orang yang dihormati. Bisa orang tua, tokoh masyarakat,
pejabat, atau kiai. Dalam konteks kehidupan seorang santri, sowan berarti
menghadap kiai atau ustadz.
Sowan itu tradisi santri. Pada momentum tertentu, seorang
santri akan sowan ke kiai. Bisa saat lebaran, saat haul, atau
momentum lainnya. Tujuannya adalah meminta doa keberkahan kepada kiai.
Orang tua ketika memondokkan anaknya kesebuah pesantren
akan sowan ke kiai. Tujuannya adalah memasrahkan anaknya untuk dididik
sekaligus memohon doa agar anaknya bisa menjadi santri yang baik.
Sowan dan bersua dengan
banyak kawan
Seorang santri akan sowan kepada kiai ketika akan
pulang atau baru pulang kembali ke pondok dari rumah. Dalam makna ini, sowan
adalah pemberitahuan ke kiai atas aktivitas yang telah dilakukan.
Satu hal yang selalu saya lakukan saat haul di Pondok
Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang adalah sowan. Pada haul yang
jatuh tanggal 12 Januari 2024, saya baru sampai di lokasi jam 17.00 WIB.
Aktivitas yang lumayan padat membuat saya baru bisa sampai di lokasi sore hari.
Padahal setelah dhuhur juga ada acara reuni teman seangkatan saat MAN. Namun
karena kondisi saya tidak mungkin untuk hadir di acara reuni.
Mobil parkir di halaman MTsN 4 Jombang. Kami kemudian
berjalan ke arah timur menuju jalan raya. Di ujung jalan, saya bersua dengan
kakak tingkat. Namanya Ahmad Nizar. Beliau berjalan bersama dengan istrinya.
Saya sapa. Kami pun bersalaman dan berpelukan. Sungguh sebuah pertemuan yang
membahagiakan.
Bersama Kiai Yusuf Suharto
(Jombang) dan Mas Guru Habis Habibi (Gresik)
Ini berkah langsung sowan, yaitu bersua dengan
teman. Jika saya tidak datang saat haul, tidak mungkin saya bertemu Ahmad
Nizar. Saya juga tidak akan tahu bahwa beliau kini mengelola sebuah pesantren
yang ada di sekitar UIN Sunan Ampel Surabaya.
Usai berpisah saya melanjutkan perjalanan. Tujuan
utamanya adalah Asrama Sunan Ampel. Di Asrama ini dulu saya mondok selama tiga
tahun.
Baru berjalan sekitar 30 meter, saya melihat KH. Sholahuddin
Fathurrohman. Beliau pengasuh Asrama Al Bisri. Saya pun segera menyapa beliau,
bersalaman, dan beliau pun mengajak saya ke ndalem beliau.
Di ndalem, ada beberapa tamu. Juga banyak tamu
yang datang dan pamit. Beberapa saya kenal. Ada yang baru saya kenal.
Intensitas dan jumlah pertemuan semakin banyak. Ini
sebuah anugrah yang saya syukuri. Jika bukan karena sowan, saya tidak
akan bersua.
Tulungagung, 18 Januari 2024
Sopan dan sua yang penuh keberkahan ya.Alhamdulillah
BalasHapusAamiinnn. Terima kasih Bu.
HapusAlhamdulilah sowan penuh berkah di an menjlain silaturahmi
BalasHapusAamiinnn. Terima kasih Pak Haji
HapusBenar-benar bukti berkahnya dari silaturahmi.
BalasHapusAamiinnnn
HapusDidawuhi, sowan, ndalem merupakan terma khas dalam sub kultur pesantren. Masih banyak lagi istilah lain yang masih lestari.
BalasHapusBetul Pak Syaifudin. Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar.
HapusBulan lalu saya ke Ponorogo, kunjungan ke rumah besan. Kalau ini bukan sowan ya Pak, tapi silaturahmi saja? Menyambung tali persaudaraan saat cucu sudah berusia 8 bulan.
BalasHapusDisana dipertemukan dengan banyak saudara dari besan. Alhamdulillah jadi tambah saudara.
Dan besan sudah mempersiapkan upacara Tedhak Siten buat cucu. Dari sini saya jadi cukup tahu mengenai budaya Jawa, walau hanya sedikit saja.
Sowan atau silaturahmi memang membawa berkah, seperti yang dicontohkan pada tulisan dan foto-foto pada tulisan Bapak ini.
Salam,
Terima kasih Bapak atas kunjungan dan komentarnya. Semoga suatu saat bisa silaturrahmi. Amin.
Hapussowan melanggengkan persaudaraan, merawat keakraban
BalasHapusBetul Pak
Hapus