Hikmah Kartu Tertinggal
Ngainun Naim
Kartu tol milik saya
agak bermasalah. Ketika diisi pulsa tidak sukses. Karena itu saya sering
meminjam kartu tol milik Elly, istri saya. Selain isi pulsanya masih lumayan,
juga relatif tidak ada masalah saat diisi dan digunakan untuk bepergian yang
mengharuskan masuk ke jalan bebas hambatan tersebut.
Elly sendiri jarang
bepergian yang mengharuskan masuk tol. Jadi kartunya juga jarang diminta. Kartu
tersebut saya letakkan di mobil kantor yang sering saya gunakan.
Kartu tidak saya
letakkan di dompet karena bisa menambah tebal dompet. Juga peluang cepat rusak
karena mungkin ikut tertekuk saat duduk. Dengan diletakkan di dalam mobil,
kartu bisa langsung ambil sambil diperlukan.
Persoalan muncul ketika
kami bepergian ke Madiun pada 31 Desember 2023. Saat berangkat tidak ada
masalah karena perjalanan dari Trenggalek tidak melewati jalan tol. Pulangnya
kami berencana ke Tulungagung sehingga jalur yang bisa dipilih adalah masuk tol
dari Madiun, keluar di pintu Tol Bandar. Setelah perjalanan dilanjutkan ke
selatan menuju Tulungagung.
Namun saya teringat
bahwa kartu tol ada di mobil dinas. Berarti tidak mungkin melewati jalan tol
kecuali membeli kartu baru.
Tidak ada pilihan lagi.
Beberapa swalayan yang bertebaran di pinggi jalan raya Madiun sampai Caruban
tidak ada yang menjual kartu tol baru. Adanya isi ulang.
Saya sampaikan bahwa
tidak perlu lagi naik tol. Kita nikmati perjalanan. Kita bahkan akan
mendapatkan bonus untuk melewati Bandara Dhoho. Elly sepakat. Kalau penumpang
di belakang—dua anak kami—ya pasti sepakat.
Saya sungguh bersyukur
bisa melewati jalanan Madiun Nganjuk. Jalanan ini dulu cukup sering saya
lewati, khususnya ketika saya studi S3 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, antara
tahun 2007-2011. Jalanan ini, dengan demikian, mendedahkan ingatan tentang
perjalanan hidup.
Jalanan ini juga cukup
indah. Banyak pemandangan yang menarik perhatian. Juga mengajak kita untuk
melakukan refleksi bersama agar mau bersyukur.
Tetiba ingatan melayang
ke tahun 2000. Saat itu saya sedang dalam perjalanan menuju Jakarta. Sesampai
di Caruban, Bus Harapan Jaya yang saya tumpangi belok kanan. Kami makan sore di
situ. Sebuah rumah makan padang yang sangat besar dengan puluhan pengunjung
yang tertampung di bus dan mobil.
Namun saat saya lewat kemarin,
keadaan sudah berubah. Gurat kejayaan di masa lalu tertutup oleh rumput dan
bangunan yang lapuk karena sudah tidak digunakan. Sungguh tragis.
Elly berkomentar ketika
menemukan sekian banyak rumah yang jelas terlihat tidak berpenghuni. Rumah yang
kotor dan banyak bangunan yang lapuk. Berbagai pertanyaan diajukan ke saya dan
tentu saya tidak tahu jawabannya.
Tidak lewat jalan tol
memberikan hikmah yang besar. Kami menemukan banyak pemandangan yang luar
biasa. Bertahun-tahun tidak lewat, ada begitu banyak perubahan. Warung dan
restoran yang dulu berjaya, banyak yang surut, bahkan tutup. Namun ada juga
warung dan restoran baru yang ramai.
Rumah-rumah penduduk
semakin banyak di tepian jalan namun rumah kosong juga banyak. Kami
berbincang-bincang sepanjang perjalanan terkait hal ini. Elly baru kali ini
melihat dengan cermat pemandangan di sepanjang jalanan dari Madiun, Caruban,
Saradan, Nganjuk, sampai di Tulungagung.
Tidak lewat tol ternyata
memberikan berkah. Kami akhirnya sampai ke Bandara Dhoho Kediri. Meskipun
sekadar lewat, setidaknya tahu lokasinya. Selalu saja ada hikmah dari setiap
peristiwa.
Trenggalek, 20 Januari 2024
Betul pa selalu ada hikmah disetiap peristiwa, terimakasih sudah menginspirasi dan memotivasi saya dengan cerita sederhana ini namun sangat bermakna
BalasHapusTerima kasih
HapusSelamat Prof. masa lalu adalah bagian dari pengalaman sebagai refleksi diri terhadap Tuhan, sesama manusia dan alam semesta.
BalasHapusTerima kasih
HapusPerjalanan yang menyenangkan Prof. Menelusuri jalan-jalan memori
BalasHapusTerima kasih Pak Pri
Hapus