Perjalanan ke Barat, Resepsi, dan Silaturahmi
Ngainun Naim
Sabtu pagi [20.4.2024] yang cerah.
Sebagaimana biasa, saya bangun beberapa
saat sebelum adzan subuh berkumandang. Saya segera
ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Mengawali hari dengan
ibadah secukupnya, membaca beberapa lembar halaman buku, dan mengecek persiapan perjalanan.
Ya, hari itu saya akan melakukan perjalanan
ke barat. Bukan untuk mencari kitab suci sebagaimana yang dilakukan oleh Biksu
Tom Sam Cong, tetapi untuk menghadiri undangan resepsi. Kawan saya sekelas
semasa studi S-3 di UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, pernah aktif bersama dalam forum Ketua LP2M, dan kini
beliau menjadi Wakil Rektor 1 UIN Raden Mas Said Surakarta mantu.
Dalam perjalanan ini
saya juga akan memanfaatkannya untuk bersilaturrahmi. Mumpung ada kesempatan
dan kondisi memungkinkan, tentu sayang jika tidak dimanfaatkan.
Bekal perjalanan berupa minuman dan makanan
ringan dipersiapkan. Baju dan hal lainnya juga disediakan untuk segera
dimasukkan ke dalam kendaraan. Tujuannya agar hal-hal teknis yang diperlukan
tidak tertinggal. Ini bisa merepotkan jika sampai tertinggal.
Ada yang bisa dipenuhi selama
dalam perjalanan, yaitu bahan bakar dan pulsa tol. Dua kebutuhan ini relatif
aman karena SPBU ada di banyak tempat. Demikian juga swalayan modern yang siap
mengisi kebutuhan saldo tol.
Tujuan pertama adalah ke rumah Amir Ahmadi di
Nganjuk. Beliau adalah adik kelas sewaktu mondok di Denanyar Jombang. Sejak saya lulus mondok, belum pernah bertemu. Namun komunikasi
melalui WA beberapa kali kami lakukan.
Beberapa waktu lalu
beliau menghubungi. Intinya mau silaturrahim ke rumah. Berhubung satu dan lain
hal, juga kebetulan saya ada agenda ke Solo, maka saya
berjanji mampir ke rumahnya karena kebetulan searah perjalanan.
Jam 08.57 saya sudah sampai rumah beliau yang
ada di Jl. Mayjend Sutoyo IX Nganjuk. Putra Amir Ahmadi saat ini sedang studi
Pascasarjana Pendidikan Bahasa Arab UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Jenjang S1 juga ditempuh di institusi tempat saya mengabdi ini. Namun saya
belum pernah bersua.
Amir Ahmadi menyambut saya. Bersama putra beliau,
kami berbincang tentang hal-hal berkaitan
dengan kuliah. Juga berbagai hal yang barangkali bisa menjadi opsi setelah
kuliah selesai.
Sesaat kemudian Dr.
M. Ali Anwar, teman semasa saya studi S1 datang. Teman saya ini istimewa. Aktivis, dosen, penulis, dan
berbagai label lain. Sekarang beliau menjadi dekan sebuah universitas di
Nganjuk, Sekretaris PCNU Nganjuk, pengelola beberapa lembaga pendidikan, dan juga
penulis banyak buku.
Kami pun bertukar buku.
Dr. M. Ali Anwar menghadiahi saya dua buku karya beliau, yaitu Manajemen
Kelembagaan Pondok Pesantren, Strategi dan Pengembangan di Tengah Modernisasi
Pendidikan dan Catatan Inspiratif Media Sosial. Saya kebetulan
membawa buku terbaru saya, yaitu Mimpi Eskatologis Menuju Surga. Buku
ini saya berikan ke Dr. M. Ali Anwar dan Amir Ahmadi.
Rumah beliau memang tidak jauh dari rumah
Amir Ahmadi. Sebelum saya datang ternyata beliau dan Amir Ahmadi sudah
berkomunikasi. Intinya kita akan bertemu di rumah Amir Ahmadi.
Jadilah kami berbincang renyah tentang banyak
hal. Tentang bagaimana relasi kami. Juga tentang bagaimana Amir dan Ali Anwar
bertemu dan membangun kerja sosial pendidikan.
Di tengah asyik berbincang, datang seorang lagi. Namanya
Agus Supriadi. Beliau asli Tulungagung. Adik
kelas semasa studi di STAIN Tulungagung. Sekarang berkhidmah di MTsN 7 Nganjuk,
satu sekolah dengan Amir Ahmadi.
Begitulah, sebuah
silaturrahim yang menggembirakan. Kesempatan semacam ini mahal harganya. Sepanjang
ada kesempatan, silaturrahim penting untuk dilakukan.
Jarum jam menunjukkan
angka 10.00 WIB. Agenda silaturrahim harus harus diakhiri. Saya akan
melanjutkan perjalanan untuk menghadiri resepsi. Kami pun berpamitan.
Setelah pamitan,
agendanya adalah mencari sarapan. Saat berangkat hanya makan makanan ringan dan
meneguk secangkir teh. Persoalannya, tidak ada referensi warung makan di Kota Angin
ini.
Mobil mengarah ke utara
menuju Pintu Tol Nganjuk. Tetiba ada warung
sate yang cukup ramai. Ini menu yang saya kira
menarik dan relatif banyak kesamaannya dengan sate kambing di Tulungagung. Di Nganjuk
khasnya adalah becek.
Warung Sate Kambing
dan Gule Anik tempatnya strategis. Ketika kami datang suasananya sudah
ramai. Jumlah pembeli terus bertambah. Tidak seimbang dengan yang menyelesaikan
makan.
Usai makan kami melanjutkan
perjalanan. Secara umum perjalanan lancar. Tujuan kami adalah Gedung Lamin Etam
di Jalan Indronoto No. 89 Ngabeyan Kartasura Sukoharjo. Di gedung inilah digelar
resepsi pernikahan Farahdina Zain, S.Si (Putri Dr. Zainul Abas, M.Ag dan Ibu
Ulfah Rosyidah, S.Ag) dengan Muhamad Faqih Ulinuha, S.Si (Putri Bapak Tutur
Supangat dan Ibu Siti Wahidatun).
Ketika saya datang,
sebagian tamu sudah hadir. Saya membayangkan situasinya sama dengan di
Tulungagung. Datang, menyalami penerima tamu, foto bersama pengantin, makan,
lalu pamit pulang. Jadi untuk sebuah resepsi cukup waktu setengah jam. Singkat,
ringkas, dan efektif.
Rupanya saya salah. Begitu
datang, saya langsung digiring ke Meja VIP. Di meja ini sudah ada beberapa
orang penting. Ada Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta (Prof. Dr. Toto Suharto),
Rektor UIN Salatiga (Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy), Rektor UIN SAIZU
Purwokerto (Prof. Dr. Ridwan, M.Ag), Ketua LP2M UIN SAIZU Purwokerto (Prof. Dr.
Ansori), Staf Ahli Menteri Agama (Adung Abdurrahman), Wakil Rektor 2 UIN Raden
Mas Said (Dr. Lukman Fourani), dan beberapa tamu lainnya. Sesaat kemudian masuk
ruangan Bupati Sukoharjo dan Ketua DPRD Sukoharjo.
Rupanya tradisi memang
berbeda. Setelah acara formal sambutan demi sambutan, para tamu undangan
disuguhi menu sop hangat. Semua tamu mendapatkannya. Menu selanjutnya adalah makanan
ringan. Selanjutnya nasi. Setelah itu masih ada lagi beberapa menu, namun saya
memilih segera maju berfoto dengan kedua mempelai.
Pertimbangannya sederhana,
yaitu waktu. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB. Jika terus mengikuti acara
demi acara sampai selesai, bisa malam sekali saat sampai di rumah.
Ada lagi yang lebih
penting, yaitu bertemu beberapa teman. Berbincang sekadarnya dan berfoto
setelah sekian tahun tidak bertemu. Mereka adalah Dr. Sarbini dan Dr. Suprianto.
Dua dosen UIN Raden Mas Said ini adalah teman sekelas semasa studi S3.
Satu lagi yang kami ajak
foto, yaitu Pak Rudi Hartono. Beliau adalah admin
yang mengurusi studi kami saat S3. Sekarang beliau mutasi ke UIN Raden Mas Said
Surakarta.
Pertemuan tidak lama
tetapi sudah cukup membahagiakan. Dinamika kehidupan memang terus berjalan. Saatnya
saya pulang ke rumah.
Tulungagung, 28 April 2024
Terima kasih artikelnya Prof. Naim.
BalasHapusSama-sama
HapusTerima kasih sharingnya prof, terkesan dg istilah luar biasa..... Ibadah secukupnya👍😊🙏
BalasHapusTerima kasih atas apresiasinya
HapusAlhamdulilah luar biasa Silaturahmi yang berkah Prof. Naim
BalasHapusAmin. Terima kasih Pak Haji
HapusTulisan yang sangat detail
BalasHapusTerima kasih
Hapus