Perjalanan ke Barat, Resepsi, dan Silaturahmi

April 28, 2024

Ngainun Naim

 

Sabtu pagi [20.4.2024] yang cerah. Sebagaimana biasa, saya bangun beberapa saat sebelum adzan subuh berkumandang. Saya segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Mengawali hari dengan ibadah secukupnya, membaca beberapa lembar halaman buku, dan mengecek persiapan perjalanan.

Ya, hari itu saya akan melakukan perjalanan ke barat. Bukan untuk mencari kitab suci sebagaimana yang dilakukan oleh Biksu Tom Sam Cong, tetapi untuk menghadiri undangan resepsi. Kawan saya sekelas semasa studi S-3 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, pernah aktif bersama dalam forum Ketua LP2M, dan kini beliau menjadi Wakil Rektor 1 UIN Raden Mas Said Surakarta mantu.

Bertukar buku

Dalam perjalanan ini saya juga akan memanfaatkannya untuk bersilaturrahmi. Mumpung ada kesempatan dan kondisi memungkinkan, tentu sayang jika tidak dimanfaatkan.

Bekal perjalanan berupa minuman dan makanan ringan dipersiapkan. Baju dan hal lainnya juga disediakan untuk segera dimasukkan ke dalam kendaraan. Tujuannya agar hal-hal teknis yang diperlukan tidak tertinggal. Ini bisa merepotkan jika sampai tertinggal.

Ada yang bisa dipenuhi selama dalam perjalanan, yaitu bahan bakar dan pulsa tol. Dua kebutuhan ini relatif aman karena SPBU ada di banyak tempat. Demikian juga swalayan modern yang siap mengisi kebutuhan saldo tol.

Tujuan pertama adalah ke rumah Amir Ahmadi di Nganjuk. Beliau adalah adik kelas sewaktu mondok di Denanyar Jombang. Sejak saya lulus mondok, belum pernah bertemu. Namun komunikasi melalui WA beberapa kali kami lakukan.

Mini reuni

Beberapa waktu lalu beliau menghubungi. Intinya mau silaturrahim ke rumah. Berhubung satu dan lain hal, juga kebetulan saya ada agenda ke Solo, maka saya berjanji mampir ke rumahnya karena kebetulan searah perjalanan.

Jam 08.57 saya sudah sampai rumah beliau yang ada di Jl. Mayjend Sutoyo IX Nganjuk. Putra Amir Ahmadi saat ini sedang studi Pascasarjana Pendidikan Bahasa Arab UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Jenjang S1 juga ditempuh di institusi tempat saya mengabdi ini. Namun saya belum pernah bersua.

Amir Ahmadi menyambut saya. Bersama putra beliau, kami berbincang tentang hal-hal berkaitan dengan kuliah. Juga berbagai hal yang barangkali bisa menjadi opsi setelah kuliah selesai.

Sesaat kemudian Dr. M. Ali Anwar, teman semasa saya studi S1 datang. Teman saya ini istimewa. Aktivis, dosen, penulis, dan berbagai label lain. Sekarang beliau menjadi dekan sebuah universitas di Nganjuk, Sekretaris PCNU Nganjuk, pengelola beberapa lembaga pendidikan, dan juga penulis banyak buku.

Dua buku karya Dr. M. Ali Anwar
Buku karyaku

Kami pun bertukar buku. Dr. M. Ali Anwar menghadiahi saya dua buku karya beliau, yaitu Manajemen Kelembagaan Pondok Pesantren, Strategi dan Pengembangan di Tengah Modernisasi Pendidikan dan Catatan Inspiratif Media Sosial. Saya kebetulan membawa buku terbaru saya, yaitu Mimpi Eskatologis Menuju Surga. Buku ini saya berikan ke Dr. M. Ali Anwar dan Amir Ahmadi.

Rumah beliau memang tidak jauh dari rumah Amir Ahmadi. Sebelum saya datang ternyata beliau dan Amir Ahmadi sudah berkomunikasi. Intinya kita akan bertemu di rumah Amir Ahmadi.

 Jadilah kami berbincang renyah tentang banyak hal. Tentang bagaimana relasi kami. Juga tentang bagaimana Amir dan Ali Anwar bertemu dan membangun kerja sosial pendidikan.

Di tengah asyik berbincang, datang seorang lagi. Namanya Agus Supriadi. Beliau asli Tulungagung. Adik kelas semasa studi di STAIN Tulungagung. Sekarang berkhidmah di MTsN 7 Nganjuk, satu sekolah dengan Amir Ahmadi.

Selamat menempuh hidup baru

Begitulah, sebuah silaturrahim yang menggembirakan. Kesempatan semacam ini mahal harganya. Sepanjang ada kesempatan, silaturrahim penting untuk dilakukan.

Jarum jam menunjukkan angka 10.00 WIB. Agenda silaturrahim harus harus diakhiri. Saya akan melanjutkan perjalanan untuk menghadiri resepsi. Kami pun berpamitan.

Setelah pamitan, agendanya adalah mencari sarapan. Saat berangkat hanya makan makanan ringan dan meneguk secangkir teh. Persoalannya, tidak ada referensi warung makan di Kota Angin ini.

Mobil mengarah ke utara menuju Pintu Tol Nganjuk. Tetiba ada warung sate yang cukup ramai. Ini menu yang saya kira menarik dan relatif banyak kesamaannya dengan sate kambing di Tulungagung. Di Nganjuk khasnya adalah becek.

Warung Sate Kambing dan Gule Anik tempatnya strategis. Ketika kami datang suasananya sudah ramai. Jumlah pembeli terus bertambah. Tidak seimbang dengan yang menyelesaikan makan.

Amunisi

Usai makan kami melanjutkan perjalanan. Secara umum perjalanan lancar. Tujuan kami adalah Gedung Lamin Etam di Jalan Indronoto No. 89 Ngabeyan Kartasura Sukoharjo. Di gedung inilah digelar resepsi pernikahan Farahdina Zain, S.Si (Putri Dr. Zainul Abas, M.Ag dan Ibu Ulfah Rosyidah, S.Ag) dengan Muhamad Faqih Ulinuha, S.Si (Putri Bapak Tutur Supangat dan Ibu Siti Wahidatun).

Ketika saya datang, sebagian tamu sudah hadir. Saya membayangkan situasinya sama dengan di Tulungagung. Datang, menyalami penerima tamu, foto bersama pengantin, makan, lalu pamit pulang. Jadi untuk sebuah resepsi cukup waktu setengah jam. Singkat, ringkas, dan efektif.

Rupanya saya salah. Begitu datang, saya langsung digiring ke Meja VIP. Di meja ini sudah ada beberapa orang penting. Ada Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta (Prof. Dr. Toto Suharto), Rektor UIN Salatiga (Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy), Rektor UIN SAIZU Purwokerto (Prof. Dr. Ridwan, M.Ag), Ketua LP2M UIN SAIZU Purwokerto (Prof. Dr. Ansori), Staf Ahli Menteri Agama (Adung Abdurrahman), Wakil Rektor 2 UIN Raden Mas Said (Dr. Lukman Fourani), dan beberapa tamu lainnya. Sesaat kemudian masuk ruangan Bupati Sukoharjo dan Ketua DPRD Sukoharjo.

Saya, Dr. Sarbini, Pak Rudi, dan Dr. Suprianto

Rupanya tradisi memang berbeda. Setelah acara formal sambutan demi sambutan, para tamu undangan disuguhi menu sop hangat. Semua tamu mendapatkannya. Menu selanjutnya adalah makanan ringan. Selanjutnya nasi. Setelah itu masih ada lagi beberapa menu, namun saya memilih segera maju berfoto dengan kedua mempelai.

Pertimbangannya sederhana, yaitu waktu. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB. Jika terus mengikuti acara demi acara sampai selesai, bisa malam sekali saat sampai di rumah.

Ada lagi yang lebih penting, yaitu bertemu beberapa teman. Berbincang sekadarnya dan berfoto setelah sekian tahun tidak bertemu. Mereka adalah Dr. Sarbini dan Dr. Suprianto. Dua dosen UIN Raden Mas Said ini adalah teman sekelas semasa studi S3.

Satu lagi yang kami ajak foto, yaitu Pak Rudi Hartono. Beliau adalah admin yang mengurusi studi kami saat S3. Sekarang beliau mutasi ke UIN Raden Mas Said Surakarta.

Pertemuan tidak lama tetapi sudah cukup membahagiakan. Dinamika kehidupan memang terus berjalan. Saatnya saya pulang ke rumah.

 

Tulungagung, 28 April 2024

6 komentar:

  1. Terima kasih artikelnya Prof. Naim.

    BalasHapus
  2. Terima kasih sharingnya prof, terkesan dg istilah luar biasa..... Ibadah secukupnya👍😊🙏

    BalasHapus
  3. Alhamdulilah luar biasa Silaturahmi yang berkah Prof. Naim

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.