Perjumpaan Tak Terduga
Ngainun Naim
Lantunan
ayat-ayat suci Al-Qur’an berdengar dari hotel tempat saya menginap. Tidak hanya dari satu tempat tetapi dari beberapa penjuru. Ini merupakan pertanda bahwa waktu menjelang
Shalat Jum’at [17 Mei 2024].
Informasi
yang saya peroleh dari seorang staf hotel bahwa Shalat Jum’at bisa dilaksanakan
dari Masjid Kejaksaan Tinggi Jawa Timur yang ada di Jalan Ahmad Yani No. 54
Surabaya. Lokasinya berhadapan dengan hotel tempat saya menginap yang ada di
jalan Ahmad Yani Nomor 71
Surabaya.
Secara
geografi memang cukup dekat namun
untuk sampai lokasi ternyata tidak mudah. Ada jalan raya yang sangat padat dan
penuh risiko. Meskipun ada alat bantu
penyeberangan, lalu lintas kita tidak selalu ditaati aturannya. Bahkan lebih
banyak yang dilanggar. Berdasarkan pertimbangan itu, saya tidak memilih masjid
tersebut untuk melaksanakan Shalat Jum’at.
Saya
kemudian mencari informasi masjid lain yang
menyelenggarakan Shalat Jum’at. Masjid terdekat adalah Al-Jihad yang lokasinya
di seberang Maspion Square Margorejo. Saya lihat di Goegle Map jaraknya sejauh
400 meter. Tidak terlalu jauh.
Bersama
seorang teman saya berjalan menuju lokasi. Terik matahari lumayan terasa.
Jalanan tidak terlalu padat.
Masjid
yang kami tuju berada di sebuah gang padat penduduk. Bangunannya kecil,
sepertinya hanya mampu menampung 60-an orang.
Sesaat saya segera masuk masjid dan menunaikan shalat
sunnah. Tidak berselang lama khatib naik mimbar. Tema khutbah yang
diangkat adalah tentang pentingnya membaca Al-Qur’an.
Khatib mengajak jamaah untuk mengawali hari dengan membaca Al-Qur’an, nukan
dengan membuka gawai. Ini penting bagi umat Islam karena posisi pentingnya Al-Qur’an bagi kehidupan.
Membaca
Al-Qur’an penting untuk dilakukan secara istiqamah.
Soal seberapa banyak yang dibaca,
disesuaikan dengan kondisi masing masing. Aspek yang utama adalah membacanya
secara rutin.
Usai
Shalat Jumat saya terkejut. Duduk persis di samping saya seseorang yang sangat
saya kenal. Beliau adalah Gus Ahmad Nizar.
Tetiba
ingatan melayang ke masa masa mondok di Asrama
Sunan Ampel PP. Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang. Saat itu salah satu kegiatan
santri adalah menambah hafalan mufradat lalu menyusunnya dalam bentuk
kalimat.
Kegiatan
ini sangat penting untuk meningkatkan kompetensi bahasa Arab santri. Setiap hari santri dikondisikan
untuk menambah kosa kata. Salah satu senior yang mendampingi kami belajar
adalah Gus Ahmad Nizar. Beliau senior
yang ngemong masa belajar ketika itu menjadi pondasi belajar pada masa
masa selanjutnya.
Saya
sungguh senang berjumpa dengan Gus Nizar. Beliau mengajak saya ke ndalem
beliau yang merupakan sebuah
pesantren. Jaraknya tidak terlalu jauh dari masjid.
Pesantren
Putri Annuriyah memiliki ratusan santri. Jumlahnya tidak tetap namun selalu di
atas 200 santri. Sebuah
jumlah yang banyak dengan lahan yang terbatas.
Sesaat
ketika berbincang, istri
Gus Nizar menemui kami sambil membawa tas. Rupanya oleh-oleh. Sungguh
di luar dugaan. Bertemu tak terduga dan secara tak terduga diberi oleh oleh.
Sungguh sebuah anugerah yang tidak terduga.
Kami
asyik berbincang dengan tema random. Tentang masa lalu, perjuangan, kawan
kawan, keluarga, dan banyak hal lain.
Sudah
hampir jam 13.00 WIB. Saya
pamit karena agenda selanjutnya sudah menunggu. Senang sekali bisa bersua.
Tulungagung,
20 Mei 2024
Alhamdulillah...terima kasih. Masjid Al Jihad SBY
BalasHapusAlhamdulillah
HapusAlhamdulilah berkah-berkah Prof. Najm
BalasHapusAmin. Terima kasih Pak Haji
HapusPertemuan yang tidak pernah direncanakan, semua karena kehendak Allah. Subhanallah
BalasHapusTerima kasih Pak Pri
HapusBarakallah Prof.
BalasHapusAmin
Hapus