Buku Ditulis untuk Dibaca

September 09, 2024



Ngainun Naim

 

Saya menyukai aktivitas menulis sejak lama. Terkait kapan mulai menyukai dunia menulis, pastinya saya lupa. Seingat saya sejak mulai mengenal majalah yang dilanggan oleh Bapak. Karena sering membaca majalah itu, muncul keinginan suatu saat untuk bisa menulis di majalah tersebut meskipun tidak tahu caranya.

Paling tidak momentum itu menjadi penanda awal kesukaan saya pada dunia menulis. Memang prosesnya panjang dan tidak bisa langsung menghasilkan tulisan. Sesungguhnya ini sejalan dengan spirit menulis itu sendiri, yaitu perlunya proses belajar secara berkelanjutan.

Tidak ada yang instan dalam hal menulis. Semuanya membutuhkan proses dan praktik secara konsisten. Prosesnya berlangsung sepanjang hidup.

Seiring perjalanan waktu, pelan-pelan saya mulai bisa menghasilkan karya. Spiritnya naik turun. Kualitasnya juga begitu-begitu saja. Namun saya berusaha untuk terus menulis sampai hari ini.

Salah satu aktivitas menulis yang saya lakukan adalah menulis buku. Bisa menghasilkan sebuah buku itu tidak mudah. Bisa dikatakan sangat berat.

Bagi saya, menulis buku itu untuk berbagi pengetahuan. Pengetahuan yang dibagi bisa menjadi inspirasi. Ketika seseorang membaca sebuah buku lalu mendapatkan pengetahuan, wawasan, dan pencerahan maka di situlah ada kesuksesan.

Ya, itu kesuksesan seorang penulis yang saya pahami. Meski bukan sebagai satu-satunya parameter kesuksesan, namun keterbacaan buku yang mempengaruhi pembaca itu penting.

Di sinilah spirit penjualan buku. Semakin laris sebuah buku, semakin besar potensi keterbacaannya. Disebut potensi karena tidak semua yang membeli buku akan membaca buku yang dibelinya.

Belakangan bisnis buku tidak hanya untuk buku cetak. Sesuai zaman berkembang pula jual beli buku elektronik. Ini tampaknya menjadi tuntutan zaman. Jika tidak diikuti akan ketinggalan.

Saya sendiri telah menulis beberapa buku. Sebagian diterbitkan penerbit mayor. Sebagian diterbitkan penerbit indie. Penerbit mayor atau penerbit indie itu hanya soal strategi. Intinya adalah bagaimana sebuah buku ditulis dan bisa terbit.

Ketika buku terbit, saya selalu menyediakan bagian untuk perpustakaan kampus. Tiga perpustakaan yang selalu saya kirimi buku yaitu Perpustaan Pusat, Perpustakaan Pascasarjana, dan Perpustakaan FUAD. Di tiga perpustaan ini saya berharap buku saya dibaca oleh para pengunjung.



Buku yang dicetak penerbit indie biasanya juga ada yang memesan. Jumlahnya tidak pasti. Sekali cetak biasanya 100 eksemplar yang saya biayai sendiri. Karena saya berharap dibaca, saya juga membagi secara gratis pdf-nya kepada mereka yang berminat. Tujuannya adalah agar buku saya dibaca.

Semakin banyak dibaca semakin bagus. Meskipun secara finansial tidak menguntungkan, saya senang ada yang membaca buku saya. Di tengah iklim membaca yang mencemaskan belakangan, ada orang yang membaca buku itu istimewa.

Menurut Alfian (2016: 55), publikasi karya itu memiliki kekuatan yang sangat besar. Publikasi itu menentukan perjalanan hidup seseorang dan bahkan sebuah bangsa. Bung Hatta, Bung Sjahrir, dan Bung Karno adalah para pahlawan yang berjuang dengan tulisan dari tempat-tempat mereka dibuang. Mereka berjuang menulis dan mengirimkan tulisannya ke media dengan berbagai upaya agar tidak disensor oleh aparat kolonial. Tulisan-tulisan mereka adalah energi perjuangan yang luar biasa.

Jika disederhanakan, saya menulis dua jenis buku, yaitu buku ilmiah dan populer. Buku ilmiah adalah buku yang ditulis dengan mengikuti standar metode ilmiah. Bahasanya formal dan merujuk kepada karya-karya para ahli. Jadinya nyaris di setiap halaman ada rujukan.

Salah satu contohnya adalah buku saya yang berjudul Pesantren, Kampus Islam, dan Moderasi Beragama (Tulungagung: Akademia Pustaka, 2024). Buku berisi tentang tiga hal, sebagaimana dalam judul. Gagasan awal menulis buku ini dari penelitian lapangan yang saya lakukan pada tahun 2022. Sejalan dengan perkembangan waktu, pelan tetapi pasti saya mengembangkannya menjadi buku ilmiah.

Buku populer saya tulis secara santai. Bahasanya saya usahakan sesederhana dan serenyah mungkin. Jika pun ada rujukan diusahakan untuk tidak sampai mengganggu terhadap kenyamanan membacanya.

Buku saya yang bisa dijadikan contoh jenis ini adalah Pengabdian kepada Masyarakat: Teori, Metodologi, dan Refleksi (Tulungagung: Akademia Pustaka, 2024). Buku ini sesungguhnya bukan buku yang disusun secara sengaja. Buku ini lahir dari ketidaksengajaan.

Saya memiliki kebiasaan membuat tulisan atas berbagai fenomena yang saya lihat, temui, atau jalani. Tulisan demi tulisan yang memiliki kesamaan tema saya kumpulkan, strukturkan, dan kembangkan menjadi buku. Tentu butuh perbaikan, penambahan, dan penyesuaian di berbagai bagian.

Ada juga yang mengkritik bahwa model tulisan tidak ilmiah semacam ini validitasnya rendah. Saya mengapresiasi terhadap penilaian semacam ini. Namun saya meyakini bahwa tulisan populer itu memiliki pembaca sendiri.

Saya tetiba teringat pernyataan M. Iqbal Dawami terkait model tulisan populer. Lewat buku Pseudo Literasi (2016: 220), ia menulis, ”Faktanya memang tidak banyak dosen-dosen PTAI yang mau dan mampu menulis keislaman secara populer. Mereka sudah nyaman dengan menulis di jurnal dan laporan penelitian yang dapat dipresentasikan di depan kalangan akademisi”.

Pernyataan ini saya kira penting untuk diapresiasi. Ini bisa diposisikan sebagai tantangan bagi kalangan dosen untuk tidak semata menulis ilmiah. Menulis ilmiah itu sangat berat. Bahkan peneliti Indonesia kaliber internasional seperti Prof. Ahmad Najib Burhani pun mengakuinya.

Di buku yang ditulisnya, Ahmad Najib Burhani (2016: 17) menyatakan bahwa menulis ilmiah seperti buku itu perlu kesunyian dan kesendirian. Ia tidak bisa dilakukan secara terburu-buru. Perlu waktu untuk melakukan refleksi dan menata argumen.

Menulis buku populer adalah ”jalan lain” yang bisa ditempuh agar karya demi karya tetap lahir. Dari sisi kualitas ilmiah memang tidak tinggi tetapi adanya karya adalah hasil perjuaangan yang perlu untuk diapresiasi.

Apakah para peminat pdf selalu membaca file yang saya kirimkan? Itu bukan urusan saya. Tugas saya adalah menulis.

 

Trenggalek, 7 September 2024


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmad Najib Burhani. Muhammadiyah Berkemajuan, Pergeseran dari Puritanism eke Kosmopolitanisme. Bandung: Mizan, 2016.

M. Alfan Alfian, Bagaimana Saya Menulis, Pengalaman dan Tips Menulis Opini/Esai di Media Massa, (Bekasi: Penjuru Ilmu Sejati, 2090).

M. Iqbal Dawami, Pseudi Literasi Menyingkap Sisi Lain Dunia Literasi, (Pati: Maghza Pustaka, 2017).

Ngainun Naim dan Abad Badruzaman, Pesantren, Kampus Islam, dan Moderasi Beragama (Tulungagung: Akademia Pustaka, 2024).

Ngainun Naim, Pengabdian kepada Masyarakat: Teori, Metodologi, dan Refleksi (Tulungagung: Akademia Pustaka, 2024).

4 komentar:

  1. Membaca buku akan mendapatkan ilmu dan berkeliling dunia

    BalasHapus
  2. Luar biasa Prof, menginspirasi saya untuk menulis jenis pop. Matur nuwun, mugi penjenengan sehat wal afiat

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.