Ketika Birokrat Menulis
Ngainun Naim
Jarang ada birokrat yang
menulis. Aktivitas birokrasi dalam kesan umum masyarakat jauh dari dunia
menulis. Karena itu merupakan hal menarik ketika seorang birokrat melakukan
aktivitas menulis.
Di antara birokrat yang
rajin menulis adalah Mohammad Kanzul Fathon, S.Ag, M.Pd.I. Beliau merupakan
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Blitar. Buku terbaru karyanya berjudul Transformasi
Kantor Kementerian Agama Kota Blitar dalam Perspektif Sejarah.
Buku ini menarik karena
beberapa alasan. Pertama, penulisnya adalah birokrat. Biasanya penulis
itu orang yang aktivitas sehari-harinya dekat dengan dunia keilmuan seperti
dosen, guru, seniman, dan sejenisnya. Ketika sebuah buku ditulis oleh seorang
birokrat maka ini merupakan hal yang menarik.
Kedua, buku ini merupakan dokumen sejarah yang sangat penting.
Perjalanan sejarah Kantor Kementerian Agama Kota Blitar sudah sangat panjang.
Namun demikian belum ada seorang pun yang menulis sejarahnya.
Ketiga, buku ini merangkai jejak perjalanan secara lebih utuh. Kisah
perjalanan yang cukup panjang sejak berdiri sampai sekarang merupakan mozaik
parsial. Penulis buku ini melakukan penelitian dan merekonstruksinya secara
lebih komprehensif. Pembaca buku ini bisa mengetahui bagaimana awal sejarah,
perjalanan, dinamika, tokoh-tokoh yang memiliki peranan penting, dan hal-hal
lain yang berkaitan.
Birokrat menulis itu
tidak mudah. Bisa dikatakan seorang birokrat yang menulis itu sebagai makhluk
langka. Hal ini disebabkan karena jumlahnya yang memang tidak banyak.
Secara nasional sekarang
ini sudah ada Gerakan Sabi Sabu [Satu Birokrat Satu Buku]. Gerakan ini
dimotori oleh seorang birokrat pada sebuah Kementerian di Jakarta. Namanya Adrinal Tanjung.
Secara umum sudah
terjadi peningkatan jumlah birokrat yang menulis dan menerbitkan buku. Tentu
ini merupakan fenomena yang menggembirakan. Namun demikian jumlah buku yang
terbit masih belum sebanding dengan jumlah birokrat.
Tampaknya ada banyak
faktor yang menjadi penghambat. Pertama, lingkungan kerja dan area kerja
seolah jauh dari dunia menulis. Kedua, tidak ada iklim menulis yang
kondusif. Ketiga, penghargaan terhadap orang yang menulis buku belum sebagaimana harapan. Keempat, menulis
membutuhkan energi dan modal yang besar sementara harapan untuk kembali modal tidak
sebesar energi yang dikeluarkan. Kelima, menulis dan menerbitkan buku bisa
kurang disukai karena dianggap menghabiskan waktu untuk menulis daripada
mengerjakan tupoksinya.
Tentu ada lagi faktor
yang menjadi penyebabnya. Namun demikian penting dipahami bahwa kondisi
eksternal yang kurang mendukung bisa dikalahkan oleh kondisi internal yang
kuat. Sepanjang ada kemauan yang kuat akan selalu saja ada kesempatan untuk
menulis dan menerbitkan buku.
Buku yang ditulis oleh
birokrat tetap memiliki makna penting karena beberapa alasan. Pertama, mengisi
ruang kosong yang jarang diambil oleh sesama birokrat. Kedua, mendokumentasikan
kegiatan dalam gambar dan narasi. Ketiga, memberikan informasi yang
lebih utuh dibandingkan hanya melalui WA atau media sosial lainnya. Keempat,
menentukan terhadap jalannya pemerintahan. Kelima, birokrat menulis
menunjukkan kemampuan berpikir yang tidak linier. Keenam, bisa menjadi pemicu bagi birokrat lain untuk meniru jejak dalam menulis. Memang
tidak mudah namun jika diciptakan ekosistem
menulis secara lebih sistematis dan
kondusif akan banyak birokrat yang menulis. Ketujuh, jawaban atas kelemahan birokrasi. Dan kedelapan,
alih informasi dari pimpinan ke bawahan dan masyarakat luas.
Bedah Buku
Hari Rabo tanggal 20
November 2024 buku ini dibedah. Lokasi acara di Auditorium Soekarno UPT
Perpustakaan Proklamator Bung Karno di Jalan Kalasan Nomor 1 Sananwetan Kota
Blitar. Saya kebetulan diminta untuk menjadi pembedahnya.
Saat dihubungi untuk
menjadi pembedah, saya menyambutnya karena dunia buku merupakan dunia yang
selama ini cukup akrab dengan kehidupan saya. Selain itu, buku ini menawarkan
informasi yang penting untuk diketahui oleh banyak pihak. Buku ini juga
menunjukkan bagaimana perjuangan penulisnya menekuni dunia literasi.
Saya
membuat PPT dengan judul MEMBACA SEJARAH, MENULIS SEJARAH: ASN Menulis buku.
Pada bagian awal saya menulis bahwa literasi perlu mendapatkan perhatian
serius. Perlu dilakukan upaya-upaya sistematis dan konsisten untuk peningkatan
kemampuan literasi masyarakat. Secara umum literasi masyarakat kita masih perlu
ditingkatkan secara sistematis. Strategi paling efektif adalah melalui teladan.
Selain
itu juga perlu dukungan kebijakan yang memungkinkan bagi tumbuh dan
berkembangnya tradisi literasi. Penyediaan sarana-prasarana
yang menarik minat masyarakat untuk membaca dan menulis juga menjadi faktor yang penting
untuk dipertimbangkan. Aspek lain yang juga perlu untuk dipikirkan adalah
adanya aneka ragam kegiatan yang bisa menjadi media sosialisasi dan daya tarik
masyarakat terkait literasi.
Lahirnya buku karya Mohammad
Kanzul Fathon, S.Ag., M.Pd.I. secara implisit menunjukkan bahwa penulisnya
adalah seorang pembaca buku. Buku yang terbit ini juga menandakan bahwa
penulisnya mengajak orang lain untuk membaca. Sebab sebuah buku ditulis dan
diterbitkan memang untuk dibaca.
Membaca itu penting
artinya bagi kemajuan hidup, baik pribadi maupun masyarakat. Mereka yang mau
membaca secara rutin akan mengalami transformasi dalam kehidupannya.
Transformasi itu bisa berupa peningkatan pengetahuan, sikap, dan juga
keterampilan.
Membaca merupakan salah
satu bentuk belajar. Belajar akan membuat kita terus tumbuh dan berkembang. Hal
ini disebabkan karena membaca yang efektif dapat menjadi titik pijak dalam
transformasi diri. Jadi membaca itu adalah sarana untuk berubah. Ya, berubah
menuju kondisi yang lebih baik.
Membaca yang dilakukan
secara konsisten merupakan salah satu faktor pendukung bagi ditemukannya ide
demi ide untuk ditulis. Penulis yang produktif menulis dapat dipastikan adalah
seorang pembaca yang tekun. Akumulasi khazanah pengetahuan yang dimiliki
sebagai hasil membaca akan berinteraksi secara dinamis dalam bentuk ide yang
kemudian ditulis.
Pernyataan ini
menunjukkan bahwa membaca itu memang sangat penting artinya bagi manusia. Makna
penting membaca ini sudah tidak perlu diragukan atau diperdebatkan. Sebab,
hampir semua orang akan mengiyakan jika ditanya tentang makna penting membaca.
Membacalah yang mampu membuat seseorang keluar dari tempurung pengetahuannya
yang kerdil. Lewat membaca, seseorang mampu menjelajah selaksa wilayah luas tak
bertepi. Ada banyak hal luar biasa yang bisa diraih dari menjelajahi dunia
aksara ini.
Membaca akan memiliki
makna yang cukup penting ketika pembacanya mampu menangkap makna, baik yang
tersurat maupun tersirat, dari teks tertulis yang dibacanya. Teks semacam ini
begitu menukik hingga alam bawah sadar si pembaca. Bagi orang lain mungkin teks
itu tidak istimewa, tapi bagi si pembaca justru memiliki makna yang luar biasa.
Buku Fungsional
Jumlah buku yang terbit
sangat banyak. Meskipun jumlahnya belum sebanding dengan minat membaca
masyarakat, adanya penerbitan buku perlu untuk diapresiasi. Ketika seseorang
menulis buku, ada aspek penting yang perlu menjadi pertimbangan, yaitu bagaimana
buku yang ditulis bisa fungsional.
Artinya, buku itu bisa
memberikan manfaat bagi pembacanya. Jadi bukan sebatas himpunan kata, kalimat,
dan paragraph semata tetapi
memberikan energi untuk transformasi bagi pembacanya.
Setidaknya ada tiga
kriteria sebuah buku disebut sebagai buku fungsional. Pertama, sebuah buku baru akan berfungsi dan secara
efektif menggerakkan pikiran kita bila metode yang kita gunakan dalam membaca
buku adalah membaca secara kritis atau melakukan secara amat ketat proses
penghimpunan makna. Jadi tidak asal membaca.
Kedua, sebuah buku baru akan memberikan manfaat yang besar
bila buku itu disusun secara baik, yaitu memenuhi kaidah-kaidah penalaran dan
pendiksian.
Ketiga, fungsi menggerakkan pikiran sebuah buku akan amat
bermakna bila dirasakan oleh si pembaca buku. Misalnya, si pembaca buku lalu
menyinergikan gagasan si penulis yang berhasil diserapnya dengan gagasan yang
sebelumnya telah tertanam di benaknya.
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung,
28 November 2024
Terima Kasih banyak Prof.Naim, sudah kerso berbagi ilmu dengan warga Kemenag Kota Blitar, juga atas segala support dan bimbingannya. Semoga sehat dan sukses selalu...
BalasHapusAmin.
HapusSalut juga dengan penulis buku ini yang nota bene beliau adalah seorang birokrat. Jarang sekali birokrat yang aktif dapat melahirkan karya tulis berupa buku.
BalasHapusSalam hangat dari saya di Sukabumi.
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya Pak
HapusSalut buat beliau, masih sempat berbagi pengetahuan lewat buku
BalasHapusAlhamdulillah
Hapus