Ketika Birokrat Menulis

November 29, 2024

Ngainun Naim


 

Jarang ada birokrat yang menulis. Aktivitas birokrasi dalam kesan umum masyarakat jauh dari dunia menulis. Karena itu merupakan hal menarik ketika seorang birokrat melakukan aktivitas menulis.

Di antara birokrat yang rajin menulis adalah Mohammad Kanzul Fathon, S.Ag, M.Pd.I. Beliau merupakan Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Blitar. Buku terbaru karyanya berjudul Transformasi Kantor Kementerian Agama Kota Blitar dalam Perspektif Sejarah.

Buku ini menarik karena beberapa alasan. Pertama, penulisnya adalah birokrat. Biasanya penulis itu orang yang aktivitas sehari-harinya dekat dengan dunia keilmuan seperti dosen, guru, seniman, dan sejenisnya. Ketika sebuah buku ditulis oleh seorang birokrat maka ini merupakan hal yang menarik.



Kedua, buku ini merupakan dokumen sejarah yang sangat penting. Perjalanan sejarah Kantor Kementerian Agama Kota Blitar sudah sangat panjang. Namun demikian belum ada seorang pun yang menulis sejarahnya.

Ketiga, buku ini merangkai jejak perjalanan secara lebih utuh. Kisah perjalanan yang cukup panjang sejak berdiri sampai sekarang merupakan mozaik parsial. Penulis buku ini melakukan penelitian dan merekonstruksinya secara lebih komprehensif. Pembaca buku ini bisa mengetahui bagaimana awal sejarah, perjalanan, dinamika, tokoh-tokoh yang memiliki peranan penting, dan hal-hal lain yang berkaitan.

Birokrat menulis itu tidak mudah. Bisa dikatakan seorang birokrat yang menulis itu sebagai makhluk langka. Hal ini disebabkan karena jumlahnya yang memang tidak banyak.



Secara nasional sekarang ini sudah ada Gerakan Sabi Sabu [Satu Birokrat Satu Buku]. Gerakan ini dimotori oleh seorang birokrat pada sebuah Kementerian di Jakarta. Namanya Adrinal Tanjung.

Secara umum sudah terjadi peningkatan jumlah birokrat yang menulis dan menerbitkan buku. Tentu ini merupakan fenomena yang menggembirakan. Namun demikian jumlah buku yang terbit masih belum sebanding dengan jumlah birokrat.

Tampaknya ada banyak faktor yang menjadi penghambat. Pertama, lingkungan kerja dan area kerja seolah jauh dari dunia menulis. Kedua, tidak ada iklim menulis yang kondusif. Ketiga, penghargaan terhadap orang yang menulis buku belum sebagaimana harapan. Keempat, menulis membutuhkan energi dan modal yang besar sementara harapan untuk kembali modal tidak sebesar energi yang dikeluarkan. Kelima, menulis dan menerbitkan buku bisa kurang disukai karena dianggap menghabiskan waktu untuk menulis daripada mengerjakan tupoksinya.

Tentu ada lagi faktor yang menjadi penyebabnya. Namun demikian penting dipahami bahwa kondisi eksternal yang kurang mendukung bisa dikalahkan oleh kondisi internal yang kuat. Sepanjang ada kemauan yang kuat akan selalu saja ada kesempatan untuk menulis dan menerbitkan buku.

Buku yang ditulis oleh birokrat tetap memiliki makna penting karena beberapa alasan. Pertama, mengisi ruang kosong yang jarang diambil oleh sesama birokrat. Kedua, mendokumentasikan kegiatan dalam gambar dan narasi. Ketiga, memberikan informasi yang lebih utuh dibandingkan hanya melalui WA atau media sosial lainnya. Keempat, menentukan terhadap jalannya pemerintahan. Kelima, birokrat menulis menunjukkan kemampuan berpikir yang tidak linier. Keenam, bisa menjadi pemicu bagi birokrat lain untuk meniru jejak dalam menulis. Memang tidak mudah namun jika diciptakan ekosistem menulis secara lebih sistematis dan kondusif akan banyak birokrat yang menulis. Ketujuh, jawaban atas kelemahan birokrasi. Dan kedelapan, alih informasi dari pimpinan ke bawahan dan masyarakat luas.

 


Bedah Buku

Hari Rabo tanggal 20 November 2024 buku ini dibedah. Lokasi acara di Auditorium Soekarno UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno di Jalan Kalasan Nomor 1 Sananwetan Kota Blitar. Saya kebetulan diminta untuk menjadi pembedahnya.

Saat dihubungi untuk menjadi pembedah, saya menyambutnya karena dunia buku merupakan dunia yang selama ini cukup akrab dengan kehidupan saya. Selain itu, buku ini menawarkan informasi yang penting untuk diketahui oleh banyak pihak. Buku ini juga menunjukkan bagaimana perjuangan penulisnya menekuni dunia literasi.

Saya membuat PPT dengan judul MEMBACA SEJARAH, MENULIS SEJARAH: ASN Menulis buku. Pada bagian awal saya menulis bahwa literasi perlu mendapatkan perhatian serius. Perlu dilakukan upaya-upaya sistematis dan konsisten untuk peningkatan kemampuan literasi masyarakat. Secara umum literasi masyarakat kita masih perlu ditingkatkan secara sistematis. Strategi paling efektif adalah melalui teladan.

Selain itu juga perlu dukungan kebijakan yang memungkinkan bagi tumbuh dan berkembangnya tradisi literasi. Penyediaan sarana-prasarana yang menarik minat masyarakat untuk membaca dan menulis juga menjadi faktor yang penting untuk dipertimbangkan. Aspek lain yang juga perlu untuk dipikirkan adalah adanya aneka ragam kegiatan yang bisa menjadi media sosialisasi dan daya tarik masyarakat terkait literasi.

Lahirnya buku karya Mohammad Kanzul Fathon, S.Ag., M.Pd.I. secara implisit menunjukkan bahwa penulisnya adalah seorang pembaca buku. Buku yang terbit ini juga menandakan bahwa penulisnya mengajak orang lain untuk membaca. Sebab sebuah buku ditulis dan diterbitkan memang untuk dibaca.

Membaca itu penting artinya bagi kemajuan hidup, baik pribadi maupun masyarakat. Mereka yang mau membaca secara rutin akan mengalami transformasi dalam kehidupannya. Transformasi itu bisa berupa peningkatan pengetahuan, sikap, dan juga keterampilan.

Membaca merupakan salah satu bentuk belajar. Belajar akan membuat kita terus tumbuh dan berkembang. Hal ini disebabkan karena membaca yang efektif dapat menjadi titik pijak dalam transformasi diri. Jadi membaca itu adalah sarana untuk berubah. Ya, berubah menuju kondisi yang lebih baik.

Membaca yang dilakukan secara konsisten merupakan salah satu faktor pendukung bagi ditemukannya ide demi ide untuk ditulis. Penulis yang produktif menulis dapat dipastikan adalah seorang pembaca yang tekun. Akumulasi khazanah pengetahuan yang dimiliki sebagai hasil membaca akan berinteraksi secara dinamis dalam bentuk ide yang kemudian ditulis.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa membaca itu memang sangat penting artinya bagi manusia. Makna penting membaca ini sudah tidak perlu diragukan atau diperdebatkan. Sebab, hampir semua orang akan mengiyakan jika ditanya tentang makna penting membaca. Membacalah yang mampu membuat seseorang keluar dari tempurung pengetahuannya yang kerdil. Lewat membaca, seseorang mampu menjelajah selaksa wilayah luas tak bertepi. Ada banyak hal luar biasa yang bisa diraih dari menjelajahi dunia aksara ini.

Membaca akan memiliki makna yang cukup penting ketika pembacanya mampu menangkap makna, baik yang tersurat maupun tersirat, dari teks tertulis yang dibacanya. Teks semacam ini begitu menukik hingga alam bawah sadar si pembaca. Bagi orang lain mungkin teks itu tidak istimewa, tapi bagi si pembaca justru memiliki makna yang luar biasa.

 


Buku Fungsional

Jumlah buku yang terbit sangat banyak. Meskipun jumlahnya belum sebanding dengan minat membaca masyarakat, adanya penerbitan buku perlu untuk diapresiasi. Ketika seseorang menulis buku, ada aspek penting yang perlu menjadi pertimbangan, yaitu bagaimana buku yang ditulis bisa fungsional.

Artinya, buku itu bisa memberikan manfaat bagi pembacanya. Jadi bukan sebatas himpunan kata, kalimat, dan paragraph semata tetapi memberikan energi untuk transformasi bagi pembacanya.

Setidaknya ada tiga kriteria sebuah buku disebut sebagai buku fungsional. Pertama,  sebuah buku baru akan berfungsi dan secara efektif menggerakkan pikiran kita bila metode yang kita gunakan dalam membaca buku adalah membaca secara kritis atau melakukan secara amat ketat proses penghimpunan makna. Jadi tidak asal membaca.

Kedua, sebuah buku baru akan memberikan manfaat yang besar bila buku itu disusun secara baik, yaitu memenuhi kaidah-kaidah penalaran dan pendiksian.

Ketiga, fungsi menggerakkan pikiran sebuah buku akan amat bermakna bila dirasakan oleh si pembaca buku. Misalnya, si pembaca buku lalu menyinergikan gagasan si penulis yang berhasil diserapnya dengan gagasan yang sebelumnya telah tertanam di benaknya.

 

UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, 28 November 2024

6 komentar:

  1. Terima Kasih banyak Prof.Naim, sudah kerso berbagi ilmu dengan warga Kemenag Kota Blitar, juga atas segala support dan bimbingannya. Semoga sehat dan sukses selalu...

    BalasHapus
  2. Salut juga dengan penulis buku ini yang nota bene beliau adalah seorang birokrat. Jarang sekali birokrat yang aktif dapat melahirkan karya tulis berupa buku.

    Salam hangat dari saya di Sukabumi.

    BalasHapus
  3. Salut buat beliau, masih sempat berbagi pengetahuan lewat buku

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.