Yogyakarta, Literasi dan Kongres Pancasila
Oleh Ngainun Naim
Sabtu
malam, tanggal 30 Mei 2015, saya meluncur ke Yogyakarta. Ini merupakan
perjalanan ke kota pelajar yang sudah tidak terhitung kalinya. Saya yakin ini
sudah yang kesekian ratus kalinya. Memang, Yogyakarta selalu memiliki pesona
yang luar biasa.
Menjelang
subuh saya dan rombongan sudah sampai di Prambanan. Kami istirahat dan shalat
subuh di masjid yang berada di sebelah selatan Candi Prambanan. Suasana masjid
sedang sangat ramai. Bahkan penuh sesak. Rupanya ada rombongan wisatawan
sekitar 7 bus yang juga sedang shalat subuh di situ.
Tentu
saja, suasana jadi kurang nyaman. Saya kemudian mengajak rombongan langsung meluncur
menuju Yogyakarta. Pikiran saya segera tertuju ke rumah beberapa kolega. Salah
satunya adalah Dr. Muhsin Kalida, MA. Beliau adalah motivator nasional bidang
literasi.
![]() |
Dari kanan ke kiri: Dr. Eni Setyowati, Dr. Muhsin Kalida, Saya dan Bu Muhsin Kalida |
Tepat
di pertigaan Janti, saya menelepon Kang Muhsin. Padahal saat itu masih pagi
'unyuk-unyuk'. Saya bilang kalo mau silaturrahmi. Dan beruntung beliau ada di
rumah. Padahal biasanya beliau sangat sibuk sehingga jarang di rumah. Maka
mobil pun segera meluncur ke rumah Kang Muhsin, Padepokan Cakruk Pintar di Desa
Nologaten.
Kang
Muhsin dan istri sudah menyambut kami di depan rumah. Pakaian beliau khas kiai;
kopiah putih, sarung dan baju koko. Dengan ramah beliau berdua menyambut kami.
Kami dipersilahkan duduk di Padepokan Cakruk Pintar yang merupakan Taman Baca
Masyarakat yang sangat berprestasi.
Pagi
itu kami berbincang santai tentang banyak hal, termasuk literasi. Ya, Kang
Muhsin adalah trainer literasi nasional. Darinya saya banyak belajar tentang
dunia literasi.
Setelah
mandi, kami melanjutkan perbincangan. Kopi panas dan jajanan menemani
kebersamaan. Rasanya ada begitu banyak hikmah dan manfaat yang kami peroleh.
Acara
utama ke Yogya kali ini adalah untuk presentasi makalah pada Kongres Pancasila
ke-VII di Universitas Gajah Mada. Kebetulan makalah yang saya tulis lolos
seleksi. Dari IAIN Tulungagung yang makalahnya juga lolos adalah Dr. Eni
Setyowati, Kepala Pusat Studi Gender dan Anak.
![]() |
Di gedung inilah saya presentasi |
Bagi
saya pribadi, ini merupakan kesempatan yang sangat berharga. Sangat jarang ada
momentum yang semacam ini. Karena itulah saya berusaha memanfaatkan kesempatan
yang ada sebaik mungkin.
Jam
08.00 pagi kami sampai di UGM. Setelah sampai di lokasi, kami segera bergabung.
Ratusan peserta sudah berkumpul. Gedung lantai 2 tempat acara penuh oleh
peserta.
Acara
Kongres Pancasila ke-VII memberikan banyak pelajaran buat saya. Pelajaran
tentang kecintaan kepada bangsa dan negara, pelajaran tentang komitmen,
pelajaran tentang totalitas, dan banyak pelajaran yang lainnya.
![]() |
Saya saat presentasi |
Di
kongres yang berlangsung dua hari tersebut saya mendapatkan banyak pelajaran
tentang keteladanan. Beberapa orang guru besar dengan rajin dan telaten
menyimak acara demi acara sampai tuntas. Bahkan Mantan Rektor UGM, Prof. Dr.
Sofian Efendi, juga hadir dan memberikan beberapa komentar atas presentasi para
peserta. Semangat semacam ini jarang saya temukan. Melihat mereka begitu gigih
mengikuti jalannya kegiatan, saya sungguh terharu. Begitulah
seharusnya komitmen itu dijaga.
Dari
arena kongres pula saya mendapatkan banyak inspirasi literasi. Para pesertanya
rata-rata adalah orang-orang yang telah menghasilkan karya-karya bermutu. Pada
merekalah saya belajar banyak.
Yogyakarta-Tulungagung,
31 Mei—3 Juni 2015.
sip sip sip
BalasHapusTerima kasih banyak Bu berkenan berkunjung ke blog sederhana saya.
BalasHapus