Bu Kanjeng dan Pengalaman Religius

Januari 27, 2020


Judul Buku: Catatan Religi Bu Kanjeng, Kumpulan Kisah Motivaso Penyemangat Hati
Penulis: Sri Sugiastuti
Penerbit: edwrite Publishing, Bandung
Edisi: November 2019
Tebal: viii+149 halaman
Editor: Hana Hanifah
ISBN: 9786239221782

Pengalaman religius itu unik. Ia sangat membekas dan berkesan dalam diri seseorang. Polanya khas sehingga orang lain tidak ada yang bisa meniru. Meskipun demikian, bagaimana pengalaman religius diperoleh, bagaimana kesan yang terbangun, apa saja manfaatnya dalam kehidupan, dan hal-hal penting lainnya penting juga diketahui oleh orang lain. Paling tidak sebagai spirit agar orang lain juga terus mengasah diri dengan hal-hal yang bersifat religius agar hidupnya menjadi semakin bermakna.

Buku yang ditulis oleh Bu Sri Sugiastuti ini berkisah tentang  seorang tokoh bernama Bu Kanjeng. Dikisahkan di buku ini bagaimana Bu Kanjeng menjalani hidup sehari-hari. Ada suka, duka, emosi, harapan, dan aneka perasaan manusiawi lainnya.

Bagi saya, apa yang ditulis oleh Bu Sri Sugiastuti sungguh menarik. Sebagai manusia biasa yang sarat salah dan dosa, catatan demi catatan Bu Sri yang diunggah di berbagai jejaring sosial cukup memberikan sentilan agar saya semakin menjadi baik dari waktu ke waktu. Lewat tokoh Bu Kanjeng, Bu Sri mengajak saya untuk tidak lelah menghadapi dinamika hidup yang sedemikian kompleks.

Saya bertemu Bu Sri pertama kali pada Januari 2019 di IAIN Tulungagung. Saat itu sedang diadakan Kopdar Sahabat Pena Kita II. Kebetulan saya sebagai ketua panitia. Bu Sri—bersama Bu Budiyanti—merupakan anggota yang  baru saya kenal. Karena sibuk dengan berbagai hal teknis, saya tidak sempat banyak berbincang dengan beliau.

Pertemuan kedua di Universitas Negeri Semarang saat Kopdar SPK III. Saat itu beliau—bersama Mas Agung Kuswantoro dan Ibu Budiyanti Anggit—menjadi panitia. Totalitas beliau bertiga sungguh luar biasa sehingga acara sukses.

Sebelum Kopdar IV di Universitas Islam Malang yang dilaksanakan pada 25-26 Januari 2020, Bu Sri Lestari mengunggah informasi buku terbarunya. Saya tertarik dan memesannya. Alhamdulillah, akhirnya buku ini saya terima langsung dari penulisnya.

Saya membaca buku ini pelan-pelan. Bagian demi bagian saya cicipi di sela-sela waktu yang ada. Setelah menamatkan buku ini, saya mendapatkan banyak sekali ilmu. Pertama, kita seharusnya memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Kita tidak tahu kapan maut menjemput. Justru karena itulah kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan ibadah dan terus memperbaiki diri. Bu Kanjeng mencontohkan secara baik di beberapa tulisannya di buku ini.

Kedua, manusia itu sering kali hidupnya tergoda pada hal-hal yang kurang baik. Justru karena itulah diperlukan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran tentang kehidupan secara lebih utuh. Kehidupan tidak hanya hari ini tetapi juga di masa depan, yaitu di akhirat. Uraian demi uraian di buku ini mengajarkan—khususnya pada saya—agar selalu memperbaiki diri dari waktu ke waktu. Bekal untuk kehidupan yang abadi harus terus ditabung tanpa henti.

Ketiga, mengaji tiada henti. Ini yang sangat saya sukai. Saya cukup sering mengaji atau mendengarkan pengajian, tetapi tidak menjadi tulisan sebagaimana yang dilakukan oleh Bu Kanjeng. Beliau mencatat poin-poin penting dari pengajian, melakukan pemaknaan, dan merefleksikannya dalam kehidupan yang lebih luas. Satu lagi yang lebih penting yaitu mengolahnya menjadi tulisan inspiratif yang memikat.

Keempat, ibadah itu harus diperjuangkan. Godaan itu sangat banyak. Ketika kita tidak mampu melawannya, ibadah pun kita tinggalkan. Buku Bu Kanjeng ini mengajarkan bahwa ibadah itu harus terus diupayakan semampu kita.

Tentu ada banyak lagi pelajaran penting yang bisa diraih dari buku ini. Sebuah buku yang  memberikan pelajaran hidup tentang pentingnya untuk terus belajar, menghadapi masalah berbasis ajaran agama, dan terus beribadah untuk persiapan menjalani kehidupan yang abadi kelak.

Tulungagung, 27 Januari 2020

9 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.