Bisa Menulis Merupakan Anugerah
Ngainun Naim
Banyak
sekali kawan yang ingin menulis tetapi mereka tidak kunjung juga menulis.
Mereka menyampaikannya tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali. Namun ada saja
alasan mengapa mereka tidak menulis. Jika dicermati, alasan itulah yang menjadi
penyebab mereka tidak menulis.
Ditinjau
dari sisi modal pendidikan, mereka sangat memadai. Ajip Rosidi yang hanya tamat
SMP saja bisa menulis dengan produktif, apalagi Anda yang sarjana, master, dan
doktor.
Ditinjau
dari sisi ekonomi, mereka berlebih untuk modal menulis. Banyak di antara yang
ingin menulis itu memiliki laptop yang harganya sangat mahal. Tapi mengapa
mereka tidak juga menulis? Ada banyak penulis yang produktif menghasilkan karya
padahal hanya dengan menulis tangan. Jika tidak percaya cari saja datanya di
google. Melimpah.
Ditinjau
dari sisi budaya, menulis sesungguhnya sangat dekat. Pernah kuliah, sering
membuat makalah, dan harus membuat aneka laporan tertulis. Coba bayangkan
bagaimana sastrawan D. Zawawi Imron yang tinggal di pedalaman, tidak memiliki lingkungan
yang kondusif untuk menulis, dan jauh dari akses bacaan. Tapi D. Zawawi Imron
terus berkarya tanpa henti.
Sudut
pandang yang lainnya sesungguhnya sangat banyak. Saya kira semuanya mendukung
untuk menulis. Namun ternyata mereka tidak juga menulis. Itulah makanya saya
menyebut bahwa menulis itu anugerah.
Anugerah
merupakan pemberian dari Allah kepada makhluk-Nya. Dalam kaitannya dengan
menulis, anugerah itu berupa kemampuan merangkai kata demi kata. Banyak orang
yang ingin menulis tetapi tidak kunjung juga segera menulis. Karena itulah
ketika bisa menulis, itu merupakan anugerah yang harus disyukuri.
Menulis
adalah manifestasi dari rasa syukur. Lewat menulis yang dilakukan secara
konsisten, anugerah menulis semakin tumbuh dan berkembang. Menulislah yang
membuat kita menjadi orang berbeda.
Tentu
berbeda dalam makna positif. Kita memiliki kelebihan yang tidak dimiliki kolega
kita. Inikah anugerah yang harus disyukuri dengan terus menulis.
Terimakasih
BalasHapusSama-sama
HapusBerkah ilmunya pak Doktor Ngainun Naim
BalasHapusAmin
HapusTertantang untuk mulai menulis...terima kasih atas segala motivasinya pak..
BalasHapusSama-sama
Hapusleres pak...
BalasHapusTerima kasih
HapusBerusaha untuk istiqomah dulu untuk menulis...
BalasHapusTerima kasih pak dosen...
Sama-sama Bu
HapusYuk kita menulis setiap hari
BalasHapusSiap Omjay
HapusSiap
BalasHapusMari istiqamah
HapusAlasan pendidikan bisa jadi menjadi alasan pak, saya juga sempat pesimis, hanya berpendidikan S1, apa ya kalau saya menulis orang akan mau membaca, krn pendidikan saya. Saya sudah menyusun sbuah buku fiksi, terbit secara indi berisbn, tapi masih sampai saat ini belum PD, mempromosikan.
BalasHapusPede saja Bu
HapusKemampuan menulis adalah anugerah. Cara mensyukurinya dengan terus menulis. Terimakasih pak untuk 'setruman' yang kesekian kalinya.
BalasHapusMari menulis Bu
HapusAlhamdulilah. Lupa bersyukur mendapat anugerah. Daya mulai menulis buku harian ketika tinggal fi pedalaman Ksltim. Rssa sepi saya usir dengan menulis
BalasHapusMantap. Ayo menulis setiap hari
Hapussalam literasi, semoga ini menjadi spirit bagi siapapun yang ingin menulis
BalasHapusAmin
HapusManteb prof
BalasHapusTerima kasih
HapusKarena anugerah maka harus disyukuri, yaitu dengan melakukannya...ngaten Tadz?
BalasHapusInggih
HapusSubhanallah....
BalasHapusSuka tulisan Pak Ngainun
Terima kasih Bu Lina
HapusSaya suka menulis tapi jarang melakukannya
BalasHapusMari menulis Mas
HapusPanutanku, tulisan yang menghujam ke dalam hati
BalasHapusHanya tulisan sederhana Mas
HapusSaya suka menulis Pak, bahkan saat dalam keadaan sedih menulis merupakan obat. Tetapi tulisan masih dalam keadaan tercecer, menulis yang konsisten dg tema sehingga menghasilkan buku atau jurnal saya belum bisa melakukannya. Saya masih membutuhkan deadline dari orang lain untuk mendorong saya. Memanage diri sendiri sungguh sulit Pak..
BalasHapusMari terus berjuang menulis
HapusAcapkali, kita mumpet dibalik pembenaran alasan-alasan yg dilontarkan utk memulai menulis. Tulisan ini mengingatkan kembali, anugerah yg kita miliki melebihi semua alasan tersebut.
BalasHapusMabruuk, Pak Ngainun Naim . . Aamiin