Grup WhattsApp, Kepenulisan, dan Produktivitas Menulis

Juli 18, 2020

Ngainun Naim


Kita yang memiliki HP hampir pasti memiliki aplikasi WhattsApp (WA). Aplikasi ini tidak hanya menghubungkan secara personal, tetapi juga menghubungkan banyak orang dalam satu wadah, yaitu grup. Ya, kita mengenalnya dengan Grup WA.
Coba cek HP Anda. Ada berapa grup WA? Saya yakin ada banyak grup. Ada grup dari sekolah yang Anda pernah duduk di dalamnya, grup tempat Anda bekerja, grup keluarga, dan banyak lagi yang lainnya.
Tidak semua grup memiliki kontribusi positif bagi kehidupan. Ada grup WA yang justru menjadi ajang pertengkaran. Tentu, grup semacam ini tidak ada manfaatnya. Bagi saya, lebih baik keluar dari grup WA jenis ini daripada menambah musuh. Namun ada juga grup yang memiliki kontribusi positif bagi para anggotanya. Termasuk dalam grup jenis ini adalah grup yang perhatian utamanya pada literasi.
Saya memiliki beberapa grup literasi. Postingan utamanya tentang dunia membaca dan menulis. Terlibat dalam grup semacam ini seolah memberikan energi tersendiri. Informasi, pengetahuan, dan diskusi terkait membaca-menulis telah memberikan manfaat besar bagi perjalanan karir menulis saya.
Lewat grup WA semacam ini, saya menemukan spirit literasi. Spirit yang sesungguhnya tidak selalu stabil. Kadang penuh semangat, namun tidak jarang juga malas. Bahkan menulis satu kalimat pun tidak saya lakukan.
Naik turunnya spirit sesungguhnya merupakan sesuatu yang wajar. Sesuatu yang manusiawi. Siapa pun orangnya, penulis paling produktif sekalipun, pasti pernah memiliki masa penuh semangat dan masa tidak bersemangat.
Saat semangat, karya demi karya bisa dihasilkan secara produktif. Saat tidak bersemangat, tentu tidak ada karya yang dihasilkan.
Aspek yang penting adalah bagaimana bangkit kembali dan bersemangat untuk terus menulis. Nah, grup WA literasi, dalam kondisi semangat menulis yang tidak stabil, memainkan peranan yang cukup signifikan.
Tapi satu hal yang seharusnya dipahami, grup itu merupakan sarana. Jika kita memahami tentang hal ini maka langkah yang selanjutnya adalah menjadikan diri kita siap untuk menerima spirit literasi. Mari manfaatkan grup untuk belajar, mengasah semangat, dan praktik menulis. Tidak usah malu. Menulis itu tidak akan bisa menjadi keterampilan saat Anda hanya menjadi silent reader. Hanya menyimak postingan, tersenyum, bersemangat, tetapi tidak menulis.
Menulis adalah dunia praktik. Tidak ada penulis yang tulisannya langsung bagus. Semuanya diawali dengan tulisan yang kadang kita malu sendiri membacanya. Jika saya membaca tulisan awal saya, rasanya ketawa. Lucu. Aneh. Ruwet. Tapi saya sadar jika tidak memiliki tulisan semacam itu, maka saya tidak bisa menulis seperti sekarang.
Ada sebuah buku menarik karya Agung Nugroho Catur Saputri. Judul buku tersebut Ketika Menulis Menjadi Sebuah Klangenan. Pada salah satu bagian di buku tersebut dijelaskan bahwa grup menulis itu memiliki fungsi untuk melatih kepekaan, mengasah ketajaman, dan media mencari ide. Tulisan demi tulisan yang diposting adalah tulisan anggota grup, bukan asal berbagi tulisan yang sumbernya tidak jelas. Bagi Agung Nugroho Catur Saputro, menjadi anggota grup menulis adalah kesempatan yang baik untuk berburu ide dan merawat motivasi menulis.
Cukup banyak orang yang menjadi anggota Grup WA atau Telegram literasi. Ada yang aktif, ada yang pasif. Bahkan sangat pasif. Tidak pernah sekalipun mengunggah tulisan atau berkomentar. Tentu, dalam konteks kepenulisan, anggota yang sangat pasif kurang bisa mendapatkan manfaat dari keanggotaannya.
Mengapa?
Pertama, seseorang tidak akan menjadi penulis hanya karena menguasai segudang teori. Teori, tentu saja, sangat penting. Tetapi teori tanpa pernah praktik tidak akan bisa menjadikan seseorang menjadi penulis. Jika ingin menjadi penulis, kunci utamanya adalah dengan terus menulis. Menulis sebanyak-banyaknya. Semakin sering menulis akan menjadikan keterampilan menulis meningkat.
Kedua, membuat tulisan lalu diunggah—khususnya di grup WA—adalah sarana belajar yang sangat baik. Tulisan kita akan dibaca, dikomentari, dan mendapatkan masukan. Jangan takut. Tidak ada penulis yang langsung jadi. Semuanya melalui proses yang cukup panjang. Segala bentuk saran, kritik, dan masukan adalah “pupuk” untuk memperkaya dan meningkatkan kualitas tulisan kita.
Jadi, jika Anda menjadi anggota grup menulis, jadilah anggota yang aktif. Seringlah memposting tulisan Anda. Posting komentar itu penting, tetapi memposting tulisan jauh lebih baik lagi. Paling tidak, itulah sarana untuk mengajak anggota yang awalnya tidak aktif menulis menjadi semakin aktif.
Apa manfaat lainnya? Sangat banyak. Silahkan Anda identifikasi dan tambahkan sendiri.

23 komentar:

  1. Injih. Tulisan yang bagus. Memotivasi.Meski tulisan saya masih blm rapi. Tetep belajar menulis.

    BalasHapus
  2. tulisan saya berarti masih aneh, ruwet, dan kalau dibaca bikin pengin tertawa...
    terima kasih untuk motivasinya pak doktor...
    menulis serasa jadi mudah

    BalasHapus
  3. Benar bangat pak..grup Literasi itu sangat membantu karena terkadang dalam proses menulis semangat saya menurun tapi dengan adanya kontrol dari grup yg trus mengingatkan membuat saya kembali semangat lagi...terima kasih pak sudah menjadi mentor kami di grup.

    BalasHapus
  4. Benar sy menulis juga masih pasang surut, tp Alhamdulillah bs ketemu wag di dlm banyak suhu penulis bs menyemangati.Diantaranya pak Dr...trima kasih share tulisannya, selalu manfaat.

    BalasHapus
  5. Tulisan yang positif. Mudah mudahan fungsi grup optimal sebagai wahana pengembangan literasi bersama.

    BalasHapus
  6. Manfaat menulis lainnya lagi, menurut saya yaitu menjadikan sesorang saat berbicara lebih mudah. Jadi tidak loading lama saat mau mengungkapkan pendapat atau hal lainnya.

    BalasHapus
  7. Dari group wa W&E sy banyak belajar dr orang2 hebat, dan lbh sadar Akan serba kekuarangan dan sangat jauh tertinggal. Semoga bs mengikuti jejak mereka yg telah lbh dulu mengukir kata walau hanya merangkak sedikit Demi sedikit

    BalasHapus
  8. 72 hroup WA
    Semoga lebih banyak manfaatnya daripada mudharatnya...

    BalasHapus
  9. Saat membua melihat foto, mata saya tertuju kepada Prof Makin, saya belum mengenal beliau namun melihat fotonya membuat saya takjub, masih muda dan visioner sehingga sdh jadi Rektor. Saat membaca isi tulisannya, seperti biasa setiap ulasannya selalu jadi bahan muhasabah untuk diri saya.

    BalasHapus
  10. Betul. Satu waktu semangat menulis, menggebu. Tapi di lain waktu, tangan terdiam. Pikiran buntu. Penyakit menulis !

    BalasHapus
  11. Sepakat...semoga kita n khususnya kami bsa mngikuti upayanya mereka2..

    BalasHapus
  12. Mantap. Tulisan yang sangat memberikan motivasi...

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.