Level-level Menulis
Ngainun
Naim
Saya membina beberapa
komunitas menulis. Basis komunitas macam-macam. Paling banyak via WA.
Sesungguhnya cukup banyak
yang ingin menjadi anggota grup WA yang saya kelola. Jika semua keinginan itu
dituruti, anggota bisa sangat banyak, tetapi hanya menang di jumlah. Padahal saya
berharap ada perubahan dalam diri anggota grup setelah mereka masuk.
Secara umum grup menulis
yang saya kelola mengharuskan setiap anggotanya memiliki blog. Jika belum
memiliki blog dan belum mengisinya, saya belum menyetujui untuk menjadi
anggota. Lewat blog mereka setidaknya belajar tentang dua hal, yaitu membuat
blog dan mengisinya. Terlihat sederhana tetapi sesungguhnya banyak manfaatnya.
Beberapa orang yang japri
untuk dimasukkan grup saya beritahukan syaratnya. Memiliki blog dan siap
mengisinya seminggu sekali. Ternyata dampaknya luar biasa: sebagian yang japri
tidak ada yang masuk menjadi anggota. Entahlah, apa karena mereka kurang serius
niatnya atau karena faktor lainnya.
Setiap grup WA memiliki
anggota dengan tingkat keaktifan yang variatif. Di grup WA yang saya kelola, ada
anggota yang sangat aktif. Setiap hari dia menulis. Bahkan sehari bisa lebih
dari sekali menulis di blog. Tentu ini anggota istimewa. Spirit mereka harus
diapresiasi dan dirawat bersama. Jangan sampai semangat tinggi ini kemudian
menurun atau justru hilang. Jujur, menjaga spirit menulis itu tidak mudah.
Ada anggota yang levelnya
di bawahnya sedikit. Cukup aktif. Jika tidak menulis sekali atau dua kali itu
wajar. Namanya juga manusia. Kadang semangat menurun juga. Mereka dalam
kategori ini harus diajak untuk kembali bersemangat. Jangan sampai semakin
sering tidak menulis dan turun level.
Di bawahnya lagi anggota
"menengah". Menulis juga, tapi kadang-kadang. Kadang-kadang
menulisnya. Mereka ini aset. Jika bisa naik kelas, tentu harus dibantu
sebaik-baiknya. Jangan dibiarkan bertahan di level “kadang-kadang”.
Berikutnya adalah anggota
yang "pernah menulis". Lumayanlah dan harus diapresiasi. Saya yakin
perjuangannya luar biasa. Sungguh tidak mudah untuk menulis. Mereka harus terus
dimotivasi. Jangan sampai potensinya dibiarkan layu. Anugerah menulis harus
disyukuri dengan menulis.
Anggota kategori berikutnya
adalah “silent reader”. Mereka ini pembelajar. Mereka masuk grup karena ingin
belajar. Saya sangat yakin mereka ingin menulis. Persoalannya mereka menghadapi
dirinya sendiri. Mereka menghadapi persoalan psikologis yang sangat mendasar
dalam menulis, yaitu memulai. Mereka ini sesungguhnya bisa menulis. Saya yakin
seyakin-yakinnya. Hanya belum menemukan momentum saja. Tentu, pada anggota
level ini, kita harus terus membantu dengan banyak cara.
Salah satu cara yang saya
tempuh adalah membuat pertanyaan di grup. Jawabannya bisa satu kalimat, satu
paragraf, bahkan satu artikel. Ini cara melatih menulis. Sederhana walau tidak
semua juga mau menjawabnya. Entahlah. Realitasnya memang menjawab satu kalimat
saja tidak mau.
Jika sudah begitu,
langkah yang penting adalah berdoa. Mari saling mendoakan untuk kebajikan
bersama agar bisa barakah. Itu saja. Semakin sering kita doakan, Insyaallah
pintu kesadaran untuk menulis akan terbuka. Kapan? Hanya Allah dan orang yang
kita doakan yang tahu. Tugas kita berusaha membantu dengan doa dan usaha. Selebihnya
urusan Allah. Salam.
Beberapa orang yang japri untuk dimasukkan grup saya beritahukan syaratnya. Memiliki blog dan siap mengisinya seminggu sekali. Ternyata dampaknya luar biasa: sebagian yang japri tidak ada yang masuk menjadi anggota. Entahlah, apa karena mereka kurang serius niatnya atau karena faktor lainnya. Ini ide briliant, ujian kesungguhan pada guru dan siap berguru
BalasHapusJika sekadar ingin, tentu banyak. Grup saya juga tidak meremove anggota lama. Cukup kita doakan dan ingatkan secara tidak langsung lewat tulisan. Lama-lama mungkin jengah juga dan akhirnya menulis juga.
HapusSemangat membara bapak literasi untuk menyebarkan spirit menulis. Mantap prof.
BalasHapusTerima kasih Bu Doktor
HapusTerimakasih atas sharing ilmunya pak Naim. Kulo benaf2 masih harus belajar ttg sangat banyak hal dalam menulis. terimakasih selalu sabar membimbing dan mengajarkan kepada kami ttg banyak sekali hal ttg menulis. Terimakasih telah membuka dan menyadarkan kami.
BalasHapusMari terus berproses
HapusTerima kasih ilmunya, insyaallah konsisten menuju 100 topik
BalasHapusMantab prof. Naim. Tulisan jenengan semoga menjadi cambuk sangatku dan harus banyak belajar dari panjenengan...
BalasHapusSemoga bisa sampai di level yang tinggi...
BalasHapusAmin.
HapusDengan tulisan Prof. Naim ini mulai semangat menulis lagi. Karena memelihara semangat menulis itu sulit.tapi tetep berlatih
BalasHapusTetap semangat ya Bu
HapusAamiin, doa adalah pembuka, selebihnya serahkan Allah.
BalasHapusBegitulah
HapusSyukron ustadz semua bermanfaat
BalasHapusTerima kasih Omjay
BalasHapusTerima kasih atas ilmunya pak
BalasHapusBersyukur bisa bergabung dlm grul, dan pernah juga merasakn menjadi silent reader. Tp bapak selalu menyemangati kami
Terima kasih byk pak🙏
Sama-sama
HapusAmin yra! Mg qt tetap sehat walafiat..sehingga motivasi menulis tetap berjln dgn lancar..semangat pa Dr. ngainun 💪👍
BalasHapusTerima kasih Prof
HapusTerima kasih prof naim Terus beri kami semangat menulis ...
BalasHapusSama-sama
HapusTerima kasih Bpk Prof Naim, spirit menulis dari bapak sangat bersrti bagi saya, mau buat blog bisa dibantu caranya Bapak..?
BalasHapusMasukkan google, ketik "cara membuat blog", atau masuk You Tube, ketik "cara membuat blog". Ikuti dan praktikkan.
HapusMantap....mau ikut gabung Bapak Prof.jika memenuhi syarat
BalasHapusHe he he bisa saja Ibu ini. Cukup di RVL Bu. Sama saja. Terlalu banyak grup bisa pusing.
HapusBerasal dari tulisan inilah, ide menulis saya muncul malam ini. Saya dapat menyelesaikan satu naskah.
BalasHapusTerimakasih banyak, Pak Naim.
Sama-sama
HapusSilent reader
BalasHapusBapak cukup aktif membaca dan menulis lho
HapusTerimakasih bimbingannya
BalasHapusSama-sama
HapusSemoga saya kelak bisa naik level
BalasHapus