Level-level Menulis

Juli 13, 2020

Ngainun Naim


Saya membina beberapa komunitas menulis. Basis komunitas macam-macam. Paling banyak via WA.
Sesungguhnya cukup banyak yang ingin menjadi anggota grup WA yang saya kelola. Jika semua keinginan itu dituruti, anggota bisa sangat banyak, tetapi hanya menang di jumlah. Padahal saya berharap ada perubahan dalam diri anggota grup setelah mereka masuk.
Secara umum grup menulis yang saya kelola mengharuskan setiap anggotanya memiliki blog. Jika belum memiliki blog dan belum mengisinya, saya belum menyetujui untuk menjadi anggota. Lewat blog mereka setidaknya belajar tentang dua hal, yaitu membuat blog dan mengisinya. Terlihat sederhana tetapi sesungguhnya banyak manfaatnya.
Beberapa orang yang japri untuk dimasukkan grup saya beritahukan syaratnya. Memiliki blog dan siap mengisinya seminggu sekali. Ternyata dampaknya luar biasa: sebagian yang japri tidak ada yang masuk menjadi anggota. Entahlah, apa karena mereka kurang serius niatnya atau karena faktor lainnya.
Setiap grup WA memiliki anggota dengan tingkat keaktifan yang variatif. Di grup WA yang saya kelola, ada anggota yang sangat aktif. Setiap hari dia menulis. Bahkan sehari bisa lebih dari sekali menulis di blog. Tentu ini anggota istimewa. Spirit mereka harus diapresiasi dan dirawat bersama. Jangan sampai semangat tinggi ini kemudian menurun atau justru hilang. Jujur, menjaga spirit menulis itu tidak mudah.
Ada anggota yang levelnya di bawahnya sedikit. Cukup aktif. Jika tidak menulis sekali atau dua kali itu wajar. Namanya juga manusia. Kadang semangat menurun juga. Mereka dalam kategori ini harus diajak untuk kembali bersemangat. Jangan sampai semakin sering tidak menulis dan turun level.
Di bawahnya lagi anggota "menengah". Menulis juga, tapi kadang-kadang. Kadang-kadang menulisnya. Mereka ini aset. Jika bisa naik kelas, tentu harus dibantu sebaik-baiknya. Jangan dibiarkan bertahan di level “kadang-kadang”.
Berikutnya adalah anggota yang "pernah menulis". Lumayanlah dan harus diapresiasi. Saya yakin perjuangannya luar biasa. Sungguh tidak mudah untuk menulis. Mereka harus terus dimotivasi. Jangan sampai potensinya dibiarkan layu. Anugerah menulis harus disyukuri dengan menulis.
Anggota kategori berikutnya adalah “silent reader”. Mereka ini pembelajar. Mereka masuk grup karena ingin belajar. Saya sangat yakin mereka ingin menulis. Persoalannya mereka menghadapi dirinya sendiri. Mereka menghadapi persoalan psikologis yang sangat mendasar dalam menulis, yaitu memulai. Mereka ini sesungguhnya bisa menulis. Saya yakin seyakin-yakinnya. Hanya belum menemukan momentum saja. Tentu, pada anggota level ini, kita harus terus membantu dengan banyak cara.
Salah satu cara yang saya tempuh adalah membuat pertanyaan di grup. Jawabannya bisa satu kalimat, satu paragraf, bahkan satu artikel. Ini cara melatih menulis. Sederhana walau tidak semua juga mau menjawabnya. Entahlah. Realitasnya memang menjawab satu kalimat saja tidak mau.
Jika sudah begitu, langkah yang penting adalah berdoa. Mari saling mendoakan untuk kebajikan bersama agar bisa barakah. Itu saja. Semakin sering kita doakan, Insyaallah pintu kesadaran untuk menulis akan terbuka. Kapan? Hanya Allah dan orang yang kita doakan yang tahu. Tugas kita berusaha membantu dengan doa dan usaha. Selebihnya urusan Allah. Salam.

Trenggalek, 12-13 Juli 2020

33 komentar:

  1. Beberapa orang yang japri untuk dimasukkan grup saya beritahukan syaratnya. Memiliki blog dan siap mengisinya seminggu sekali. Ternyata dampaknya luar biasa: sebagian yang japri tidak ada yang masuk menjadi anggota. Entahlah, apa karena mereka kurang serius niatnya atau karena faktor lainnya. Ini ide briliant, ujian kesungguhan pada guru dan siap berguru

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jika sekadar ingin, tentu banyak. Grup saya juga tidak meremove anggota lama. Cukup kita doakan dan ingatkan secara tidak langsung lewat tulisan. Lama-lama mungkin jengah juga dan akhirnya menulis juga.

      Hapus
  2. Semangat membara bapak literasi untuk menyebarkan spirit menulis. Mantap prof.

    BalasHapus
  3. Terimakasih atas sharing ilmunya pak Naim. Kulo benaf2 masih harus belajar ttg sangat banyak hal dalam menulis. terimakasih selalu sabar membimbing dan mengajarkan kepada kami ttg banyak sekali hal ttg menulis. Terimakasih telah membuka dan menyadarkan kami.

    BalasHapus
  4. Terima kasih ilmunya, insyaallah konsisten menuju 100 topik

    BalasHapus
  5. Mantab prof. Naim. Tulisan jenengan semoga menjadi cambuk sangatku dan harus banyak belajar dari panjenengan...

    BalasHapus
  6. Semoga bisa sampai di level yang tinggi...

    BalasHapus
  7. Dengan tulisan Prof. Naim ini mulai semangat menulis lagi. Karena memelihara semangat menulis itu sulit.tapi tetep berlatih

    BalasHapus
  8. Aamiin, doa adalah pembuka, selebihnya serahkan Allah.

    BalasHapus
  9. Terima kasih atas ilmunya pak

    Bersyukur bisa bergabung dlm grul, dan pernah juga merasakn menjadi silent reader. Tp bapak selalu menyemangati kami

    Terima kasih byk pak🙏

    BalasHapus
  10. Amin yra! Mg qt tetap sehat walafiat..sehingga motivasi menulis tetap berjln dgn lancar..semangat pa Dr. ngainun 💪👍

    BalasHapus
  11. Terima kasih prof naim Terus beri kami semangat menulis ...

    BalasHapus
  12. Terima kasih Bpk Prof Naim, spirit menulis dari bapak sangat bersrti bagi saya, mau buat blog bisa dibantu caranya Bapak..?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masukkan google, ketik "cara membuat blog", atau masuk You Tube, ketik "cara membuat blog". Ikuti dan praktikkan.

      Hapus
  13. Mantap....mau ikut gabung Bapak Prof.jika memenuhi syarat

    BalasHapus
    Balasan
    1. He he he bisa saja Ibu ini. Cukup di RVL Bu. Sama saja. Terlalu banyak grup bisa pusing.

      Hapus
  14. Berasal dari tulisan inilah, ide menulis saya muncul malam ini. Saya dapat menyelesaikan satu naskah.
    Terimakasih banyak, Pak Naim.

    BalasHapus
  15. Semoga saya kelak bisa naik level

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.