Merekam Fenomena dalam Catatan
Ngainun
Naim
Literasi—membaca dan
menulis—adalah penanda peradaban. Peradaban yang maju ditopang oleh tradisi
literasi yang kuat dari masyarakat. Segala sesuatu ditulis, dikembangkan, dan disebarluaskan
agar memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Sementara peradaban
yang belum maju biasanya lemah dari sisi literasi. Membaca dan menulis dianggap
sebagai barang mewah. Hanya mereka yang terdidik saja yang berhak melakukannya.
Padahal, mereka yang terdidik belum tentu juga memiliki tradisi membaca dan
menulis.
Indonesia tampaknya
merupakan negara yang aspek literasinya masih harus terus didongkrak.
Dibandingkan dengan negara-negara lain, posisi kita relatif tertinggal.
Dibandingkan dengan banyak negara lain di dunia, posisi kita selalu berada di
urutan buncit. Literasi menjadi faktor yang cukup menentukan kualitas. Karena
itu tidak ada pilihan lain selain membangun budaya literasi agar kita menjadi
bangsa yang semakin maju.
Membangun budaya literasi
itu bukan pekerjaan yang bersifat instan. Jika ingin membangun budaya literasi
maka harus dilakukan secara serius, sistematis, dan berkelanjutan. Cara semacam
ini memungkinkan literasi akan terbangun dan menjadi budaya, meskipun untuk itu
dibutuhkan waktu yang lama.
Berbagai upaya membangun
budaya literasi terus digalakkan. Upaya ini secara sederhana bisa dibagi
menjadi dua, yaitu mempersiapkan prasarana pendukung dan melakukan berbagai
langkah strategis untuk membangun budaya. Sinergi kedua langkah ini diharapkan
bisa menumbuhkan budaya literasi. Adapun langkah strategis untuk membangun
budaya literasi dilakukan dalam banyak cara. Salah satu cara yang bisa saya
lakukan adalah menulis via blog yang terus saya kampanyekan lewat berbagai grup
WA.
Banyak pertanyaan muncul
terkait dengan bagaimana proses menulis, khususnya tentang apa yang akan
ditulis. Jawaban atas pertanyaan ini sesungguhnya sangat sederhana, yaitu tulislah apa yang kamu ketahui. Tidak perlu
menulis sesuatu yang rumit, kompleks, dan sulit untuk ditulis. Tulisan yang
baik adalah tulisan yang mudah dipahami.
Ada begitu banyak hal
yang bisa ditulis. Perjalanan sebuah kegiatan—misalnya—merupakan sumber ide
yang melimpah. Pertemuan dengan masyarakat, pelaksanaan sebuah program, kesan,
kenangan, dan banyak hal lainnya adalah sumber ide yang melimpah. Semua sumber
ide itu harus segera ditangkap, diolah, dan ditulis agar tidak segera lupa.
Menunda menulis bukan hal yang baik karena akan segera hilang dari ingatan.
Menulis sesungguhnya
merupakan upaya kreatif untuk mengikat pengamatan dalam kenangan. Apa yang
tertulis sifatnya lebih abadi daripada apa yang terucap. Gambar di HP,
misalnya, adalah kenangan dan dokumentasi yang penting. Meskipun demikian,
gambar tersebut tidak berbicara apa-apa. Hanya pelakunya saja yang
mengingatnya. Sementara orang lain tidak paham dan melupakannya. Tentu
kondisinya berbeda dengan tulisan yang membuat orang yang tidak mengalami pun
bisa memahami secara baik.
Tulungagung, 9 Juli 2020
Sami'na wa atho'na Pak.
BalasHapusHe he he kayak di pondok saja.
HapusDari situlah saya belajar menulis. Saya berani menulis dr motivasi Ustadz Naim.
BalasHapusSemangat untuk terus menulis ya Bu.
HapusMemotret Webinar dengan menulis. Saking banyaknya Webinar di era pandemi, menulisnya terabaikan. Terimakasih pengingatnya prof. Menginspirasi tiada henti.
BalasHapusSekadar saling mengingatkan tentang pentingnya merekam fenomena dalam tulisan
HapusMantap Pak Doktor..
BalasHapusTerima kasih
Hapusmembaca tulisan ini berasa menulis jadi mudah ...
BalasHapusterima kasih pak...
Sama-sama Bu
HapusTerimakasih atas ilmunya Pk
BalasHapusTop markotop deh
Hanya catatan sederhana Bu
HapusLuar biasa pak
BalasHapusSelalu menginspirasi.
Terima kasih
HapusTerima kasih informasinya pak, menginspirasi..
BalasHapusMantab ustadz, salam literasi
BalasHapusSalam literasi
HapusTulisan prof. Naim sangat renyah. Sehingga membuat saya harus belajar dengan 3 M. Memulai dari diri sendiri, memulai dari yang mudah, dan memulai dari sekarang juga.
BalasHapusTerus jaga semangat menulis
Hapusbenar benar spirit literasi, teruslah memberikan motivasi kepada kami yang masih taraf belajar
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusSemoga sy bisa merekam fenomena sekitar dlm sebuah catatan.
BalasHapusAmin
HapusMntpp..ok bngt
BalasHapusTerima kasih
HapusSiapa STM.Ilmunya sgt bermanfaat
BalasHapusTerima kasih
HapusSiap ATM
BalasHapusMantap Pak Haji
Hapusmenulislah dari apa yg kamu sukai dan kuasai
BalasHapusTerima kasih Omjay
HapusMenulis itu titik....trims prof
BalasHapusSama-sama Ustadz
Hapus